Wahidah, Ibu Penjual Candil Ubi Ungu

Inspira1936 Views

BerbagiNews.com – Perkenalkan nama saya WAHIDAH, Dan ini yang saya lakukan setelah memutuskan untuk hijrah dari RIBA, jualan candil ubi ungu.

Sorenya saya siapkan bahan bahan, selesai magrib udh mulai ngadon, utk 5-10 kg ubi, saya kerjakan sampai jam 12 malam kadang jam 1 dini hari, besok harus bangun pagi pagi untuk proses packing karena siangnya kita ngurir lagi sampai sore, sore nyiepin lagi untuk dijual besok, begitu terus setiap harinya.

Saya buang jauh jauh rasa malu dan gengsi, yang penting dompet tetap terisi. Dengan ditemani box yang selalu setia dibalakang, saya melanglang buana kesegala tempat mengais rizki tidak perduli hujan maupun panas tetap diterobos demi membahagiakan buah hati tercinta.

Sebelum tahu apa itu Riba saya gencar kredit HP sana sini sampai di embat tuh si oppo yang harganya 4jutaan lebih. Laah begitu tahu dosa riba sama dengan menabuh genderang perang untuk Allah dan Rasul-Nya, bismillaah saya enyahkan itu hape meski setoran belum lunas, akhirnya jualan candil ubi ungu nya, yhaa dengan meminjam hp siapa aja yang sedang nongkrong dirumah, kadang saya datengin tetangga saya satu persatu cuma buat nebeng posting jualan *ahaha miriss makk.

Oh yaa foto ini diambil waktu ngurir ke senggigi kerumah mami Friska O Fediaz tercinta, beliau selalu order banyak dan utk pembayaran selalu dilebihkan, Uuuhhhh speechless aku klo inget kebaikan mereka semua, saya jual 5rban/porsi yang bikin saya mewek kadang mereka bayar 10x lipat.

Ada juga kak Riska Fatimah dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, jadi wajar saja saat ini mereka selalu dibahagiakan oleh Allah dengan cara-Nya.

Baca Juga :  Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Box yang saya gunakan waktu itu pun adalah pemberian dari kak Wati Husni, maafkan saya sebut nama disini kak, habis dibuat mewek terus gak tau bagaimana cara ngbales kebaikan kalian smua.

Intinya ketika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan ganti sesuatu itu dengan yang lebih baik.

Kalau kebanyakan yahana yahanu ( baca: itu ini), maka kita akan tetap terperangkap dalam perasaan takut dan bersalah.

Bismillaah saja, melangkah perlahan karena Allah, mohon untuk selalu ditemani, untuk tetap dilindungi agar dijauhkan dari segala macam rasa yg menyesatkan.

Kita hidup didunia hanya sementara, Jangan sampai disia siakan.

Saya gencar berbagi pengalaman begini karena saya sayang kalian semua, gak mau kalian terjerumus lebih dalam lagi, cukup saya yang menelan pelik pahitnya dunia ngeRIBA.

Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca tulisan panjang tak bermakna ini.