“Perawat: Membangun Caring Melalui Spiritual Care”

Kesehatan2293 Views

Oleh : Lalu Rodi Sanjaya, Fitri Arofiati
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dosen Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BerbagiNews.com – Ketua Prodi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yaitu Ibu Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN., Ph.D dalam sebuah diskusi kuliah berkata: “Pengabdian masyarakat tidak hanya ditujukan pada masyarakat di dusun dan desa saja, namun bisa juga diperuntukkan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.” Saat ditanya mengapa harus pengabdian masyarakat kepada para tenaga kesehatan, padahal ada masyarakat pedesaan atau perkampungan yang lebih membutuhkan, beliau menjawab dengan tegas bahwa “masyarakat saya adalah juga para tenaga kesehatan”. Hal ini yang sebenarnya dapat memotivasi kita untuk menjadi lebih berkembang dan maju dalam berfikir, karena tenaga kesehatan juga termasuk ke dalam lingkup masyarakat yang membutuhkan informasi-informasi terkini khususnya dibidang kesehatan. Oleh karena itu Pendidikan kesehatan yang menyeluruh harusnya mencakup masyarakat pada umumnya.

Pengabdian masyarakat bisa melalui berbagai media yaitu media massa contohnya; koran dan majalah dan tekhnologi digital seperti Handphone android, internet, dan lain sebagainya. Oleh karenanya penulis tertarik untuk memanfaatkan semua media untuk memuat tulisan ini sebagai bentuk pengabdian mahasiswa dan dosen magister keperawatan UMY kepada masyarakat, dengan harapan dapat menambah informasi dan wawasan para pembaca yang budiman mengenai pentingnya Spiritual Care dalam asuhan keperawatan kepada pasien.

Perawat memiliki peranan yang sangat penting diberbagai instansi pelayanan kesehatan. Peran seorang perawat tidak hanya mencakup bio-psiko-sosial saja, namun juga mencakup kebutuhan spiritual/religius pasien. Sebelum kita berbicara jauh tentang pentingnya spiritual care, kita mungkin perlu tahu beberapa tokoh keperawatan yang mengangkat pentingnya spiritual care calam pelayanan keperawatan. Para pakar ini telah tercatat dalam sejarah dunia keperawatan.

Baca Juga :  Gugus Tugas NTB Telah Menerima APD 10.000 pcs Dan 5.000 pcs Masker Bedah

Sekitar 1400 tahun yang lalu seorang bernama Rufaida binti Sa’ad disebut-sebut sebagai tokoh perawat pertama di dunia dalam agama Islam. Dalam berbagai peperangan yang dilakukan Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabat melawan orang-orang quraisy, Rufaida menolong korban-korban yang terluka akibat peperangan tersebut. Dia tidak hanya merawat luka para korban, namun dia juga selalu mengingatkan para korban perang tentang kesabaran Tidak seperti tokoh-tokoh keperawatan abad 18 hingga 21 saat ini. Tokoh-tokoh sejarah keperawatan modern menguatkan teori-teori mereka dengan penelitian dan tulisan. Namun Rufaida bergerak atas panggilan jiwa untuk menolong sesama dan semata-mata mengharap Ridho Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Oleh karena tindakannya itu didasarkan pada Insting, maka selanjutnya orang menyebutnya dengan “Mother Insting”.

Keperawatan semakin berkembang dengan munculnya tokoh-tokoh keperawatan dari abad-ke abad. Seorang pakar keperawatan modern pertama bernama Florance Nightingale, membantu orang-orang yang sakit dengan cara memodifikasi lingkungan fisik. Namun tidak hanya itu, dia juga menyematkan spiritual sebagai hal penting yang harus dipenuhi. Pada abad 19 keperawatan terus berkembang dan mencatat nama Virginia Henderson (1897 – 1996) sebagai salah satu pakar keperawatan. Dalam teorinya, dia memasukkan Spiritualitas/beribadah sesuai keyakinan ke dalam 14 kebutuhan dasar Henderson menjadi salah satu kebutuhan manusia yang harus dikedepankan. Dia mengatakan: “Fungsi unik seorang perawat adalah membantu individu, baik yang sakit maupun yang sehat, dalam melakukan aktivitas yang mempengaruhi kesehatan dan penyembuhan (atau menghadapi kematian yang damai). individu tersebut mungkin saja membutuhkan bantuan jika dia telah memiliki hal-hal yang dibutuhkan seperti kekuatan diri, keinginan, atau pengetahuan; dan dalam kondisi ini perawat tetap perlu melakukan upaya-upaya untuk membantu individu untuk meningkatkan kebebasan dirinyasecepat mungkin.” Lalu muncul Feye Glenn Abdellah (1919 – sekarang) juga mencantumkan spiritual dalam salah satu dari 21 tipologi masalah keperawatan yang dicanangkannya. Dengan demikian spiritual menjadi hal penting yang harus diketahui dan dikembangkan oleh perawat, sehingga dapat menyelesaikan masalah spiritual pasien melalui spiritual care. Lebih mendalam lagi, Jean Watson seorang pakar keperawatan yang terkenal dengan teori transpersonal caring nya memberikan acuan kepada perawat untuk senantiasa bersikap caring terhadap diri sendiri, pasien keluarga pasien, dan antar profesi, serta lingkungan.

Baca Juga :  Pemerintah Bersama TNI dan Polri Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Pasar Tradisional

Lebih dalam lagi, Watson menjelaskan lebih rinci mengenai caring ini dalam bukunya yang berjudul “Nursing: The Philosophy and science of caring” diterbitkan pada tahun 2008 lalu. Dia menjelaskan kepada perawat, tentang bagaimana menumbuhkan kesadaran akan caring atau kepedulian terhadap perawatan bagi pasien dan keluarga dan juga bagi diri sendiri. Cakupannya begitu luas, banyak aspek yang bisa dimasuki oleh caring, salah satunya adalah mengenai spiritualitas. Prof. Achir Yani S. Hamid, seorang guru besar di UI mengatakan: “spiritual tidak bisa lepas dari kehidupan seseorang, karena spiritual berfungsi sebagai suatu hal yang dapat menentukan tindakan seseorang dalam menanggapi apa yang dihadapi”. Oleh karena itu spiritual sangat penting untuk dikembangkan dan ditingkatkan lagi lebih-lebih kita sebagai seorang perawat yang membantu merawat orang lain.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa spiritual care dapat mempengaruhi tingkat spiritualitas dan masalah psikologis pasien, diantaranya. “The rule of religion and spirituality in coping with kidney disease and haemodialysis in Thailand” (Yodchai K,. et al, 2016); “Effectiveness of Spiritist “passe” (Spiritual healing) for anxiety levels, depression, pain, muscle tension, well-being, and physiological parameters in cardiovascular inpatients” (Carneiro EM., et al, 2017), dan masih banyak lagi penelitian terkait spiritual care yang dapat membuktikan bahwa spiritual care dapat membantu masalah psikologis pasien dan meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, mengingat bahwa spiritualitas merupakan kebutuhan dasar dan hal penting dalam kehidupan seseorang, maka sebagai seorang perawat kita harus menyapa, merangkul, dan mendampingi, serta membina hubungan saling percaya dengan pasien, keluarga, lingkungan, dan antar profesi melalui spiritual care.

Penulis adalah:
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email : lalurodisanjaya06@gmail.com
Dosen Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : Arofiatifitri@gmail.com