InsyaAllah Ada Cahaya Di Ujung Sana

Opini1086 Views

(Perpaduan Antara Harapan Masyarakat Dan Kebijakan Pemerintah Atasi Covid-19)

Berbagi News – Doa dan harapan besar akan melahirkan optimisme yang besar pula, optimisme ini akan melahirkan energi yang bisa mengakan potensi dan melahirkan ide kreatif. Optimisme tidak boleh hilang karena covid-19, walau pandemi Covid-19 telah melumpuhkan sebagian besar sektor ekonomi dan juga sendi kehidupan yang lainnya.

Perekonomian masyarakat di masa pandemi

Banyak masyarakat kehilangan mata pencaharian karena harus menerapkan protokol kesehatan, seperti misalnya masyarakat harus berjaga jarak dan tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain, seperti halnya tata social dalam masyarakat yang sudah diobrak- abrik akibat penanganan Covid-19 dari kebudayaaan kita yang selalu bertegur sapa ketika bertemu lalu berjabat tangan, sekarang harus dibatasi karena jaga jarak, insyaAllah ini akan segara berakhir, masyarakat dan kita semua harus tetap optimis semuanya akan indah pada waktunya.

Dengan adanya pandemi ini tentu sangat berakibat pula pada prekonomian masyarakat negara bahkan dunia, termasuk kita di NTB. Perekonomi Negara tidak bisa dibilang baik, karena pada kenyataanya banyak masyarakat yang tidak mempunyai pendapatan karena kehilangan pekerjaanya. Pemerintah membuat program untuk membantu masyarakat seperti misalnya peningkatan dan perluasan jaring pengaman sosial dalam kartu sembako, penambahan dan fleksibilitas kartu pekerja, hingga bantuan langsung tunai.

Bantuan tunai ini, dalam pelaksanaan masih sering terjadi konflik, masyarakat kerap kali menganggap bantuan- bantuan tersebut tidak merata dan tidak dituju kepada yang smestinya yang mendaatkan. Begitu juga dalam bidang kesehatan pemerintah mengambil tindakan seperti memberikan dukungan peralatan bagi tenaga medis, pembuatan RS darurat hingga mengupayakan RS rujukan untuk pasien Covid -19.

Namun tetap saja para tenaga medis masih kelelahan dalam menangani pasien yang terinfeksi Covid-19 yang semakin meningkat, karena jumlah tenaga medis yang tidak sesuai dengan jumlah pasien, selain itu tidak sedikit juga tenaga medis yang tumbang dikarenakan kelelahan dan ada juga yang disebabkan karena terinfeksi Covid-19. Dalam hal ini kita sebagai masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran diri agar tetap menerapkan protokol kesehatan supaya tidak terlalu banyak yang terkena virus ini dan agar bisa membantu meringankan tugas tenaga medis.

Baca Juga :  Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Masa Pandemi

Program pemerintah dan harapan masyarakat

Seperti yang kita ketahui harapan masyarakat dalam hal ini sangatlah tinggi, masyarakat ingin agar bangsa Indonesia bisa segera  pulih, dengan melakukan berbagai program , tetapi program yang dibuat  pemerintah masih banyak yang belum sesuai dengan harapan masyarakat, seperti program pemerintah dalam bidang ekonomi yang berupa bantuan social kepada sejumlah masyarakat, seperti kartu PKH, BLT, dan lain- lain.

Walau pada kenyataanya bansos-bansos ini belum tersebar secara merata, karena masih banyak desa-desa kecil yang sampai sekarang belum tersentuh bantuan pemerintah, hal ini menimbulkan konflik antar masyarakat terhadap pemerintah, karena masyarakat yang belum tersentuh bantuan,  bisa saja sebagian masyarakat menilai pemerintah tidak adil terhadap desa- desa tertentu.

Selain itu pemerintah juga berencana untuk menerapkan “New Normal” yakni tatanan baru yang mengharuskan kita berdamai atau hidup berdampingan dengan Covid 19, namun tetap menjalankan protokol kebersihan. Adapun syarat- syarat suatu wilayah bisa menjalankan new normal, dengan peningkatan kapasitas layanan kesehatan harus terjamin, disamping itu kepatuhan masyarakat mengikuti protokol kesehat menjadi hal mendasan guba menjaga diri, keluarga dan lingkungan untuk terbiasa hidup sehat, hidup bersih, selalu cuci tangan dan memakai masker.

Dalam hal New Normal nanti tentu memilki dampak yang baik dan buruk pula, dampak baiknya yaitu prekonomian negara dan masyarakat bisa terselamatkan, namun adapun dampak negatifnya yaitu peluang penambahan kasus positif semakin besar dikarenakan tidak semua orang bisa menerapkan protokol kesehatan. Kemudian total tes covid diindonesia masih sangat rendah, jadi pelanggaran pembatasan social dengan dalil untuk memulihkan kesehatan ekonomi perlu dikaji lagi lebih matang dengan hati- hati. Karena masyarakat berhak mendapatkan informasi yang transparan berbasis bukti dan analisa ilmiah.

Baca Juga :  Covid-19 dan Perubahan Sosial (Kajian Sosiologi Agama: Potret Ritual Keagamaan di Masa Wabah)

Dengan new normal nanti peran perguruan tinggi, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah bisa bergandengan tangan mencari solusi terbaik bagi masyarakat bangsa dan degara, jangan biarkan pemerintah resah sendiri dalam gelap pandemi ini, pergurunan tinggi, tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memberikan cahaya dan arahan kepada pemerintah.

Nilai Keagamaan dan Protokol Kesehatan

Sebagian masyarakat NTB beragama Islam, yang mana nilai kesehatan dan keberisih menjadi nilai mendasar untuk diterapkan memperkuat standar pelaksanan protokol kesehatan. Bahkan beberapa abad lalu islam sida mengajarkan tentang karantina wilayah. Sebagai orang yang beriman dengan memahami sunah Rasulullah terkai wabah atau pandemi, bisa menjadi stimulus memutur sebaran civid-19 dan kembali hidup sehat.

Karantina sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas, itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal. Mengisolasi daerah yang terkena wabah adalah sebuah tindakan yang tepat, untuk memutus sebaran covid-19. Kemudian kita juga diajari untuk bersabar, berhati-hati, teliti melihatan dan mengamati semua fenomena yang terjadi.

Terkait kesabaran, ketelitan dan kewaspadaan, dalam sebuah hadis riwayat imam Bukhari diceritakan, suatu ketika Aisyah bertanya kepada Nabi SAW tentang wabah penyakit. Rasulullah SAW bersabda, “ wabah penyakit itu adalah orang-orang yang dikehendaki. Allah menjadikanya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Jika terjadi suatu wabah penyakit ada orang yang menetap di negerinya, ia bersabar hanya berharap balasan dari Allah Swt, ia yakin tidak ada peristiwa yang terjadi kecuali sudah ditetapkan Allah. Maka, ia mendapat balasan seperti mati syahid”.

Disamping sabar dan ketelitian, kita juga dianjurkan harus optimis,  rileks, tenang dan percaya bisa pulih dari covid-19, karena setiap penyaki pasti ada obatnya dan ada makna yang bebih besar dari setiap penyakit dan masalah jika kita selalu berprasangka baik. Rasulullah bersabda: “tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali dia juga yang menurunkan penawarnya. (HR.Bukhari)”

Baca Juga :  Kualiatas Wakil Rakyat dan Patologi Legislasi

Disini kita bisa lihat dalam keadaan apapun kita dituntut untuk senantiasa selalu berfikir positif, hal ini apabila dikaji secara medis bisa diartikan untuk membantu menjaga imun kita, karena hal ini bisa mengontrol pikiran kita untuk tetap stay positif. Intinya new normal ataupun kembali ke kehidupan yang islami, keduanya akan berjalan dengan baik apabila masyarakat menjalankannya dengan tertib dan sesuai dengan aturan yang ada, karena mau tidak mau masyarakat akan tetap keluar rumah dan bersosialisasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Optimis, ada cahaya di ujung sana

Sejatinya masyarakat NTB dengan nilai Islam yang kuat dan budaya sasak di pulau lombok dan budaya samawa dan bima di pulau Sumbawa, yang selalu menghiasi keseharian hidup dan kehidupan masyrakat NTB. Ini menjadi potensi melahirkan masyarakat yang tertip, sabar dan optimis menghadapi pendeni hari ini dan new normal akan datang.

Semoga dalam waktu yang tidak lama lagi NTB segera bangkit dengan visi NTB Gemilang, mampu mengantar masyarakan dan daerah NTB menuju hidup lebih baik. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu-padu mengatasi masalah pandemi ini. Masyarakat bisa kembali hidup seperti semula, seperti sebelum terjadinya wabah namun tetap saja tatanan hidup bermasyarak akan berubah menjadi lebih bersih dan disiplin, di sisi lain pemerintan memastikan setiap tahapan dan program berjalan dengan baik. (Ririn Juliani dan Eva Susanti)