Legend… Zamroni Tukang Cukur Keliling Nyeker Lintas Kampung

Lombok Barat, BERBAGI News – Siang hari itu langit cukup terik memancarkan cahayanya namun terasa tidak terlalu gerah karena semangat Tim Pejuang Berbagi mengemban amanah untuk mengunjungi seorang Bapak yang berprofesi sebagai tukang cukur keliling dengan berjalan kaki dari kampung satu ke kampung lainnya guna mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, cerita ini saya terima dari seorang Tim Pejuang Berbagi yang kebetulan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari lokasi yang akan kami tuju.

Dari sekretariat Yayasan Tangan Berbagi Indonesia yang beralamat di Jalan Lestari, Perumahan GSM NO. A17 Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Helm pelindung berkendara kami kenakan  tak lupa masker sebagai APD sesuai anjuran Protokol Kesehatan, maklum masih masa pendemi Covid-19, dengan menggunakan kendaraan roda dua gas ditarik melaju dengan kecepatan sedang kearah selatan melintasi jalanan Kota Mataram menuju Lombok Barat. Selasa (21/07).

Dari rumah yang cukup sederhana dengan ukuran kurang lebih 500 m2 keluarlah laki-laki usia 56 tahunan dengan rambut dipenuhi uban, awalnya saya kira hanya semir belaka akan tetapi rambut itu asli putih termakan usia. Zamroni inilah sosok Bapak yang diceritakan kawan kemarin seorang legend tukang cukur keliling itu.

Sepintas sama dengan laki-laki seusianya terlihat masih sehat dan tegap, akan tetapi setelah saya perhatikan cara berjalannya ada yang janggal, ternyata kaki kirinya agak kaku seperti pincang sebelah. Rasa penasaranpun menghinggapi fikiran, dengan sedikit malu akan ketersinggungan orang tua ini saya pelankan nada bicara sembari memberanikan diri untuk menanyakan risalah apa yang menimpa hingga kaki kiri terlihat agak pincang.

“sudah 15 tahun kaki saya ini kondisinya seperti ini, kalau kata dokter sih ada syaraf yang kejepit akan tetapi kalau dari penjelasan tukang urut penyebabnya karena dulu sering memikul beban yang terlalu berat jadi harus disembuhkan dalam waktu yang lama, maklum saya tidak pernah terapi” menceritakan sepintas tentang kaki yang saya tanyakan kepada Jen sapaan Akrab Zamroni di kampung.

Baca Juga :  Gilang, Anak Buruh Asal Rarang Lulus IPDN

Sembari bercakap cakap ringan mata saya terarah ke sebuah “Gandek” (sejenis tas jinjing yang terbuat dari bahan rotan khas Lombok), ternyata benda ini yang digunakan Jen sebagai wadah untuk mebawa alat cukurnya berkeliling untuk mengunjungi semua warga yang membutuhkan jasa cukurnya, seperti ciri khas yang sudah melekat pada si Bapak yang sudah 10 tahun ditinggalkan istrinya wafat.

Dari sebuah Gandek ini terlihat alat cukur yang dimiliki banyak yang sudah usang atau aus termakan usia, dari gunting yang sudah patah dan tidak layak pakai hanya isolasi sebagai penguat untuk bisa digunakan, ukuran cermin yang sangat kecil tak layak digunakan seorang tukang cukur sampai silet cukur tempo dulu masih tersimpan rapi dan terlihat selalu terpakai entah berapa banyak kepala orang rapih dibuat alat ini.

“Gandek ini pemberian dari tetangga, pemiliknya tidak tau kapan dibuatnya bahkan saya pun tidak tau tahun berapa diproduksi barang ini, tadinya tali asli tas ini sudah putus jadi saya pakaikan dengan tali seadanya saja” lanjut Jen.

Harapan terbesar saat ini ingin memiliki tempat usaha yang tetap sebagai penopang hidup untuk memenuhi kebutuhan keluarga menuju taraf yang lebih baik. (red)