Padang Arafah, Sarana Merintih Dihadapan Allah SWT

Agama, Ngaji1005 Views

BERBAGI News- PADANG ARAFAH sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam. Konon beliau melakukan tugas kekhalifahannya bermula dari Arafah ini.

Disinilah pula beliau melakukan bertaubatan, merintih di hadapan Allah atas segala kekhilafannya sebagai manusia.

Yang menyebabkan harus meninggalkan surga yang ditempati sebelumnya bersama Hawa.

Allah menceritakan hal itu dalam sebuah surat yang memiliki akar kata ‘Arafa. Sebuah akar kata yang terkait dengan nama tempat pertaubatan itu; Arafah. Dan, nama surat ini adalah Al A’raf yang bermakna ‘tempat yang tinggi”.

Demikian pula bahwa makna dari Arafah adalah pengakuan, pengenalan terhadap Allah maupun mengenal diri guna merintih di hadapan Allah SWT.

Oleh karena kita akuilah bahwa selama ini kita belum mengenal Tuhan dengan sebenarnya dan kita juga belum mengenal siapakah diri kita sendiri dengan baik.

Katakanlah terus terang di hadapan-Nya bahwa sudah lama hidup kita diarahkan bukan kepada Allah.

Kita diombang-ambingkan badai kehidupan. Kita berlayar tanpa pedoman dan petunjuk arah.

Akuilah di hadapan Allah bahwa selama ini kita menjadi pengembara padang pasir yang tersesat jalan.

Berulang kali kita mengejar apa yang kita sangka sebagai tujuan hidup kita, tetapi ternyata hanya fata morgana yang menipu.

Kita sudah kelelahan. Marilah kita berhenti sejenak. Marilah kita mengadukan segala kesalahan dan kealpaan kita selama ini kepada-Nya.

Bukankah kita menduga bahwa kekayaan adalah tujuan hidup kita; sehingga untuk itu kita melakukan apa saja ? Kita habiskan waktu kita untuk mengumpulkan beberapa butir kekayaan.

Kita rampas milik orang lain, Atau kita hancurkan kehidupan orang banyak. Atau kita injak hak-hak orang lemah.

Semuanya untuk demi kekayaan. Lalu kita temukan ternyata kekayaan itu tidak bisa memuaskan kehausan dan kerakusan kita.

Baca Juga :  Disiapkan Tempat Mewah, Gubernur NTB Memilih Tidur di Masjid

Kita sudah kelelahan, mari kita berhenti sejenak. Marilah kita wukuf. Marilah kita menangis;

“Tuhanku, telah lama aku mengabaikan-Mu. Aku telah salah mengambil jalan. Tubuhku sudah penuh dibalut lumpur kebusukan.

Ampunilah daku. Bawa aku ke haribaan-Mu. sehingga aku dapat mempersembahkan semua kekayaan-Mu. yang aku miliki sebagai amanah dan titipan dari-Mu.”

Bukankah kita juga pernah menyangka bahwa kedudukan, jabatan adalah kejaran kita. Untuk itu kita hantam kawan seiring.

Kita fitnah orang-orang yang pernah berjasa kepada kita. Kita korbankan persahabatan dan kekeluargaan. Kita
abaikan sakitnya kehilangan cinta dan kasih sayang.

Kita berlaku curang, culas, dan khianat. Semuanya demi kedudukan dan jabatan. Lalu, kita temukan ternyata kedudukan, jabatan menambah beban kita.

Marilah kita berhenti sejenak, marilah kita wukuf di arafah, marilah kita menjerit, merintih dan mengakui semua dosa, kesalahan, kedzaliman, kecurangan yang pernah dilakukan selama ini di hadapan Allah SWT.

Akhirnya marilah syukuri semua anugerah Allah kepada kita dengan berusaha membahagiakan orang lain dengan berbagi kepada sesama.
Insya Allah.

Sebagai penutup, mengingatkan kembali dari pesan Rasulullah SAW pada momentum di hari Arafah ini adalah disunatkan kita melakukan puasa Arafah tanggal 9 Zulhijjah.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW;

“Dari Abu Qatadah. Nabi SAW.telah berkata, ” Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun; Satu tahun yang telah lalu, dan satu tahun yang akan datang.” (Riwayat Muslim).

Wallahu A’lam Bish Shawab.
Terima kasih Anda Sudah Membacanya.
Semoga Bermanfaat.