Allah SWT berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.”
(QS.Ali-Imran : 134)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa salah datu sifat orang bertaqwa yang mendapat ampunan dan surga dari Allah adalah orang gemar bersedekah dan tangan yang senang berbagi.
Dalam kondisi waktu lapang maupun sempit, ketika senang ataupun susah, baik sehat maupun sakit, baik mudah maupun sulit, siang maupun malam, sendiri maupun di keramaian.
Yang pokok perhatian Islam sebetulnya bukan seberapa banyak seseorang bersedekah, melainkan sesering apa ia bersedekah dan berbagi.
Bukan kuantitas, tapi adalah kontinuitas dalam bersedekah dan berbagi. Islam menghendaki kita memiliki mentalitas memberi dan tangan yang suka berbagi.
Dasar itulah, Rasulullah SAW memupuk dan membina mentalitas memberi, suka berbagi pada diri para sahabatnya.
Sebagaimana sabdanya;
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.”
(HR. Bukhari).
Begitu pula dalam sabda lainnya.” Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dapat mendatangkan kebahagiaan, mengusir kesedihan, membebaskan hutang, dan menghilangkan rasa lapar seorang Mukmin.”
Di saat tak ada barang atau sesuatu yang bisa dibagikan dan disedekahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempatan untuk berbagi masih tetap terbuka.
Rasulullah SAW bersabda :
“Setiap kebajikan adalah sedekah.”(HR. Bukhari)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa sedekah itu tidak hanya bermakna ‘memberi harta’ tapi lebih luas dari itu.
Sedekah dan berbagi itu bisa juga berbentuk tenaga, pemikiran, ide, gagasan, dan bahkan berbagi waktu untuk kemashlahatan umat pun juga merupakan sedekah.
Karena itu, kelebihan apa pun yang kita miliki baik berupa materi, tenaga maupun pikiran bagi seorang Muslim.
Hendaknya menjadi perhatian kita bersama terhadap orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita.
Wallahu A’lam Bish Shawab.
Semoga bermanfaat
Terima kasih.
