Bagaimana Sikap Kita Memperlakukan Dunia ?

Agama, Ngaji1303 Views

BERBAGI News – SEBAGIAN umat Islam memahami bahwa zuhud itu identik dengan cara hidup berkekurangan, tubuh kurus kerempeng, perut selalu dibiarkan lapar tanpa isi, berpakaian lusuh, menjahui dunia, untuk merangsang bangkitnya kehidupan rohani.

Sungguh, pemahaman zuhud seperti itu adalah suatu kekeliruan. Zuhud adalah bagian dari ajaran Islam, sedangkan Islam tidak mungkin mengajarkan manusia cara hidup yang demikian.

Justru Islam mengajarkan sebaliknya, Islam melarang kita menjahui dunia.

Allah SWT berfirman; “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
(QS. Al-Qashash;77)

Islam mengajarkan kepada kita agar menjadi orang-orang yang kuat dalam semua bidang dan aspek kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda;
“Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada orang Mukmin yang lemah.”(HR.Muslim)

Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan pengertian zuhud itu sendiri.

Namun, secara umum mereka sependapat bahwa zuhud merupakan suatu sikap melepaskan diri dari ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat.

Imam Al-Ghazali mengartikan zuhud sebagai sikap mengurangi keterikatan terhadap dunia untuk kemudian menjahuinya dengan penuh kesadaran.

Sementara, Al-Qusyairi mendefinisikan zuhud sebagai suatu sikap menerima setiap rezeki yang diberikan Allah SWT.

Artinya, jika hidup makmur, ia tidak merasa bangga dan gembira. Sebaliknya, jika hidup miskin ia pun tidak bersedih.

Meski redaksi keduanya dalam mendefinisikan zuhud berbeda, namun hakikat dan tujuan zuhud tetap sama, yaitu tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhir.

Dunia harus ditempatkan sebagai sarana dan dimanfaatkan secara terbatas dan terkendali.

Dan dari sikap zuhud yang demikian ini akan lahir dua karakteristik.
Pertama, hidupnya tidak tergantung pada apa yang dimilikinya.
Kedua, kebahagiaanya tidak terletak pada hal-hal material, tetapi pada dataran spritual.

Baca Juga :  Menghargai Waktu adalah Menuju Jalan Orang-orang Sukses

Dengan demikian, zuhud harus dapat, dijadikan alternatif dalam berkompetisi di era modern dan global, yang cenderung individualis dan sarakah.

Dengan membiasakan sikap zuhud, persaingan hidup menjadi selalu berjalan sehat.

Justru, zuhud mempersilakan seseorang untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya, namun dengan catatan tidak menggantungkan hati padanya.

Kalangan sufi mengenal sebaris doa permohonan untuk menjauhkan hati dari ketergantungan terhadap dunia.

“Allhumma ij’al addunya fi audina wa la taj’al fi qulubina.”
(Ya Allah, jadikanlah dunia dalam kekuasaanku, namun jangan letakkan di hatiku).

Wallahu musta’an
Semoga bermanfaat.
Terima kasih Anda telah membacanya.