Tawaddhu’, Tanpa Takabbur

Agama, Ngaji1006 Views

BERBAGI News – TAWADHU’ merupakan inti dari ahklaqul karimah, yang mesti dimiliki setiap hamba Allah yang mengharapkan Ridho-Nya.

Setiap tawadhu’ nampak kebersihan hatinya, dari lisannya selalu terucap kata-kata yang indah dan lembut tak menyakitkan, ketika melakukan apa saja nampak indah mempesonakan.

Dalam sebuah ayat Allah SWT, berfirman ;
“Dan para hamba yang dikasihani Allah ialah orang yang berjalan diatas muka bumi ini dengan rendah hati, dan jika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan : 63)

Bila ada orang kaya yang sombong kemudian dia dihormati, penghormatan itu bukan pada dirinya tapi adalah pada kekayaannya.

Jika ada pejabat yang sombong dimuliakan orang sesungguhnya mereka bukan memuliakan pribadi sang pejabat melainkan pada jabatannya.

Bahwa penghormatan ini sifat semu, sebab bila telah dicopot, orang lain akan tak lagi menghormatinya. Bila hartanya habis orang lain akan jauh menghindarinya.

Itulah sebabnya banyak orang terkena sindrom, stroke, tak sadarkan diri hingga ajalnya pun tiba, setelah tak ada lagi jabatannya.

Disinilah essensi dari sikap tawadhu’, yang semestinya dimiliki setiap orang dan mengembang kan sikap ini.

Sikap tawadhu’ merupakan manifestasi keyakinan seeorang terhadap konsep Tauhid, sehingga ia yakin bahwa hanya Allah-lah yang Maha Besar, Maha Kaya, Maha Tinggi, sebagai Raja di raja.

Kematangan dalam memahami konsep Ilahiyah inilah yang menjadikan seseorang rendah hati (tawadhu’) karena ia yakin betapapun tinggi jabatannya, berlimpah ruah harta bendanya dan menjulang tinggi perestise yang diraihnya.

Maka masih tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kebesaran dan kemaha agungan Allah SWT, yang memiliki langit dan bumi atau alam semesta ini.

Sikap sombong (takabbur) sesungguhnya bersumber dari penginggkaran seseorang terhadap konsep Tauhid, sehingga hilanglah pengakuan terhadap ke-Esaan dan kebesaran Allah SWT.

Baca Juga :  Umroh 15 Hari bersama Habib Mahdi Bin Yahya Almaghabi Alhasani

Sementara pada saat yang sama ia mengakui “keakuan” dirinya, bahwa dirinyalah yang paling berkuasa, yang paling kaya yang paling pintar.

Bukankah sikap Qorun ketika mengakui “kebesaran” dan “kekuasaan” dirinya dengan harta yang berlimpah.

Sejarahlah yang membuktikan bagaimanakah balasan manusia Mustakbirin (manusia yang takabbur). Allah menghancurkan dengan kehinaan yang nyata.

Sebagai penutup kita perhatikan sebuah hadits Nabi yang menyatakan ;

Rasulullah SAW bersabda ;
“Siapa yang tawadhu’ kepada sesama Muslim, maka Allah SWT akan memuliakannya dan siapa yang sombong (takabbur) maka Allah SWT bakal menghinakannya.”
(HR.Thabrani).

Wallahu a’lam bish shawab.