Kisah Tuna Netra Pemikat Ulung, Mahir Meniru Suara Burung

Lombok Tengah, BERBAGI News – Perjalanan siang itu terasa sangat melelahkan disamping cuaca yang cukup gerah dan jarak tempuh yang cukup jauh, mendengar informasi dari seorang kawan youtuber bernama Adi berdomisili di wilayah tempat tinggal Solihin sang Pemikat Ulung. Mendengar Adi bercerita rasa penasaran pun menghampiri benak kami untuk menggali lebih jauh kehidupan Tuna Netra ini.

Dari daerah Pringgarata Tim Pejuang Berbagi melaju menggunakan kendaraan roda empat yang di pandu oleh Adi dan seorang sahabat bernama Rizal sebagai pemandu jalan, kami bergerak ke wilayah Lombok Tengah, Praya Tengah di Dusun Mapong, Desa Jurang Jaler tempat kediaman Solihin. Sabtu (05/09)

Sampailah kami di tempat tujuan, rasa penasaran pun terbayarkan dengan melihat sosok Solihin yang dikisahkan Adi, Selain mahir meniru suara burung juga memiliki beberapa keahlian lainnya seperti  jago memainkan seruling, bernyanyi , pijat dan urut meski dalam kondisi Buta (Tuna Netra).

“mata saya memang buta tapi saya masih bisa melihat cahaya, akan tetapi warna, saya tidak bisa lihat Sosok yang berada didepan saya, bisa saya lihat namun bentuk detail sulit saya lihat terkecuali kalau bersuara atau berbicara baru saya bisa ngenal,“ tutur Solihin.

Disela sela perbincangan beberapa Tim Pejuang Berbagi dengan Solihin dan seorang paman yang dalam keadaan merangkak karena sakit yang diderita sudah satu bulan ini, saya mencoba menyelinap kebelakang sebuah rumah kecil tempat kediaman Solihin bersama keluarga. Ternyata dalam gubuk mungil ini dihuni oleh 4 orang, sangat tidak layak apabila dilihat dari ukuran rumah yang hanya memiliki 2 kamar saja.

Rumah Bantuan dari Pemerintah yang berukuran 2.5 meter x 7 meter di tempati oleh ibu dan bapak serta paman Solihin

Rumah yang dihuni Solihin bersama keluarga adalah merupakan  Bantuan Bedah Rumah dari Pemerintah setempat, meski bantuan ini sudah dapat dinikmati keluarga Solihin namun masih terlihat tidak layak dari segi kesehatan maupun untuk tempat tinggal mengingat jumlah keluarga yang tinggal dalam gubuk mungil ini.

Baca Juga :  Ini Komentar Hakim Konstitusi MK Tentang Kopi Lanang

“saya dapat bedah rumah dari Datu (Pemerintah), Listrik masih numpang sama tetangga jadi kalau kami butuh air harus minta ijin tetangga untuk menyalakan mesin dikarenakan kami belum memiliki KWH meter, tatkala disaat terdesak kami menggayung langsung dari sumur,” ucap Ibu Solihin yang saat ini sudah memiliki 2 cucu.

“didapur saya menggunakan tungku untuk memasak, terkadang saya kewalahan mencari kayu bakar karena saya sudah tua cepat sekali letih, pingin rasanya memiliki kompor gas seperti tetangga yang lainnya cuman saya berfikir kalau saya membeli kompor bisa-bisa saya tidak makan beberapa hari,” tambahnya.

Ibu Solihin

Solihin memiliki 3 saudara yang sudah menikah dan tinggal bersama pasangan masing-masing, sedang Solihin merupakan anak paling bungsu dan satu-satunya yang memiliki kelainan penglihatan. Meski mata yang dimiliki Solihin tidak bisa melihat namun keahliannya memikat burung menjadikan penghasilan untuk membantu kebutuhan keluarga.

“saya tidak mau berbohong, memang saya sering diajak mikat (menangkap burung) menggunakan perangkap, teman saya yang melihat yang menangkap dan saya kebagian tugas sebagai pemikat (pemancing suara) agar burung bisa datang ke perangkap yang sudah di pasang. Dari hasil penjualan saya bagi dua dengan teman rekanan, alhamdulilah meski kecil saya bersyukur dan dari hasil ini saya selalu berikan ke ibu saya,” ungkap Solihin.

Tidak semua orang yang dekat dengan Solihin memiliki rasa iba dan terharu, adakalanya beberapa kawan sempat memanfaatkan kekurangan yang dimiliki Solihin menjadi keuntungan semata. Dalam hal jual beli burung hasil tangkapan tidak sedikit yang mengambil burung dan tidak membayarnya.

“dulu sempat Solihin di ajak menangkap burung oleh temannya, disebuah pohon sebagai umpan burung lain digantungkan, karena burung pemikat susah bunyi untuk menarik perhatian akhirnya tepat di bawah burung yang digantungkan Solihin di sembunyikan sebagai pemancing suara burung sebagai keahliannya,“ cerita Adi mengenang waktu itu sembari mengingatkan Solihin.

Baca Juga :  Provinsi NTB Luncurkan Bansos, Guna Bebas UKM dari Jeratan Rentenir

Solihin merupakan salah satu dari penyandang Tuna Netra yang memiliki semangat dan keikhlasan untuk tetap bisa tersenyum serta selalu bersyukur meski memiliki keterbatasan penglihatan tetap masih bisa berkarya karena kelebihan  yang dimilikinya belum tentu bisa dimiliki manusia normal lainnya. (eck).