Hidup Adalah Proses Pembelajaran Menuju Insan Mulia

Agama, Ngaji662 Views

HIDUP adalah proses pembelajaran menuju insan mulia. Kemuliaan merupakan buah dari nilai ujian kehidupan kita yang lebih tinggi dari rata-rata.

Dalam Al-Quran surah Al-Ankabut ayat : 2, Allah SWT, berfirman :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) menyatakan, ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka belum diuji lagi.”

Adalah kesenangan luar biasa bagi manusia, jika dengan mengatakan dirinya beriman lantas Allah SWT tidak mengujinya.

Allah SWT tentu akan menguji untuk mengukur keimanan seorang hamba.
Dan salah satu bentuk ujian kehidupan manusia yang akan menghampiri setiap orang diantaranya adalah berupa sakit, baik ringan maupun berat.

Sakit adalah utusan kehidupan dari Allah SWT. Meskipun sakit merupakan fenomena fisik, namun yang menentukan kadar sakitnya adalah psikis.

Ketenangan psikis saat fisik diuji sakit separah apapun, dengan sendirinya akan meminimalisasi rasa sakitnya.

Inilah yang semestinya di sadari oleh seorang Muslim.” Aku heran dengan Mukmin yang gelisah menghadapi penderitaan sakitnya. Jika ia mengetahui pahala yang terdapat pada sakitnya, ia pasti akan mengharapkan sakit tersebut sehingga ia bertemu dengan Allah.”
(HR. Thabrani dari Ibnu Mas’ud).

Alangkah tingginya keutamaan rasa sakit yang Allah SWT ujikan kepada kita jika tepat menyikapinya.

Cukuplah itu sebagai bukti bahwa Allah SWT mengaruniai sakit dengan Maharahman dan Rahim-Nya, bukan dengan ghadab (murka)-Nya.

Nabi Ayub AS adalah contoh tersukses dalam memahami fadhilah di balik rasa sakit. Justru sakitnya mengantarkan ia menjadi Nabi Allah SWT yang semakin dekat dengan Sang Khalik.

Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang banyak mendapatkan ujian adalah para nabi, kemudian orang-orang yang lebih dekat derajatnya kepada
mereka secara bertingkat dan berurutan.

Baca Juga :  Bersama Membumikan Al-Qur'an

Seorang diuji berdasarkan ketaatannya dalam agama. Demikianlah, bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di muka bumi ini tanpa dosa apa pun.”

Siapakah kiranya manusia di muka bumi ini yang tak suka menghadap Allah SWT, tanpa dosa ?

Dirinya putih bersih laksana bayi yang baru terlahir ketika berpulang ke hariabaan-Nya. Sakitnya tak disambut dengan rintihan, ratapan, keluhan, dan cacian kepada Allah SWT, melainkan disikapi dengan tepat dan proporsional karena paham fadhilahnya.

Wallahu a’lam bish shawab.