Berbagi Rezeki Kepada Kaum Yang Tak Memiliki

Agama, Ngaji775 Views

BERBAGI News – HARTA atau rezeki, adalah mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia, sehingga tanpa harta, seseorang bisa menjadi bingung dalam menghadapi hidup ini.

Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya selalu terdorong berlomba-lomba untuk mendapatkan harta dengan bermacam cara yang dilakukan manusia.

Apakah cara yang mereka lakukan itu menyalahi dari aturan-aturan agama ataupun tidak, atau menghalalkan segala cara yang penting adalah dapat (pat gulipat siapa cepat ia mendapat) kadang kala hal seperti ini bukan lagi menjadi persoalan.

Dengan harta dan rezeki dari Allah itu manusia dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan, mulai dari kebutuhan pokok sampai pada keperluan kemewahan.

Semakin menumpuk harta dan banyaknya rezeki seseorang, semakin mudah ia memenuhi keperluan hidupnya, dan sebaliknya semakin sedikit seseorang mengumpulkan harta, rezeki, semakin sulit ia memenuhi keperluan hidupnya.

Dengan demikian janganlah kita heran, jika ada orang yang lupa dengan waktu, kehidupan keluarga, kewajibannya sebagai seorang Muslim terhadap ibadah kepada Allah SWT maupun kewajiban sosial bagi sesama manusia lainnya.

Sangat disayangkan kita sibuk mencari harta, kadang kala kita lupa, bahwa harta yang kita peroleh itu adalah dari Allah SWT, dan setiap harta atau rezeki yang kita miliki itu terdapat hak kaum fakir miskin didalamnya.

Harta dan rezeki itu memang sebagai penunjang kehidupan untuk kelengkapan kehidupan manusia, dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Tetapi ingatlah bahwa harta dan rezeki itu juga dapat menjadi pemicu segala macam persoalan, misalnya : permusuhan dan persengketaan antara orang tua dan anak, ikatan persaudaraan menjadi putus, bahkan tidak jarang pula terjadi saling bunuh membunuh karena berebut harta dan sebagainya.

Baca Juga :  Mulailah Dari Hal Yang Kecil

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman ;

” Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku.

Adapun Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.

Dan tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.

Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil).

Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

(QS. Al-Fajar : 15-20).

Pada dasarnya Allah SWT tidak senang kepada manusia yang selalu bermegah-megahan terhadap harta, pamer tentang harta, karena harta dapat membuat manusia terlena hidup di dunia ini dan melupakan adanya kehidupan di akhirat kelak.

Kalau kita lihat kenyataan sekarang ini, orang yang hidup dibawah garis kemiskinan jumlah sangat banyak apalagi kondisi covid-19 saat ini, bahkan beberapa ahli dan pakar ekonomi mengatakan bahwa kita sudah memasuki pintu gerbang resesi atau krisis ekonomi.

Disinilah kiranya peranan orang-orang yang kaya, orang berpunya, dituntut kesadarannya dan kepeduliannya terhadap penderitaan yang dirasakan orang lain dan meringan tangannya untuk berbagi kepada saudara-saudaranya yang tak memiliki dalam kehidupannya sehari-hari.

Semoga kita selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT sehingga kita dimudahkan dan dilancarkan segala usaha dan ikhtiar kita untuk istiqamah berbuat kebaikan terhadap sesama.

Wallhu a’lam bish shawab.