Munculnya Ahmad Tretetet

BERBAGI NewsTGH Ahmad Teretetet dikabarkan meninggal dunia di tahun 1985. Tetapi, banyak kesaksian yang menyatakan ulama karomah ini masih hidup. Ia sering muncul secara misterius. Kisah-kisah kemunculannya menjadi catatan tersendiri bagi sejumlah pihak.

Ikhsan (57), adalah satu dari sekian banyak orang yang pernah berjumpa Ahmad Tretetet, sepuluh tahun setelah sang wali diberitakan wafat. Lelaki bertubuh kecil pendek, warga Desa Bug Bug, Lingsar, Lombok Barat ini, sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan.

Ihsan punya kebiasaan yang sering membuat orang-orang tersinggung. Ia gemar menjahili, mengolok-olok, bahkan sering mengumpat dengan kata-kata jorok dan cabul.

Tetapi kebiasaannya yang buruk itu berubah total sejak kejadian di suatu siang di pertengahan tahun 1990an.

Lelaki itu sedang mengerjakan sebuah bangunan rumah di Kelurahan Selagalas, Mataram. Karena kelalaiannya, rumah itu tak rampung-rampung, telah melewati batas waktu pengerjaan dalam kesepakatan dengan pemiliknya. Ihsan kelabakan. Sehingga ia mesti berupaya keras agar bangunan itu selesai.

“Saya ingat betul, itu Hari Jum’at. Saya sengaja tidak mengerjakan shalat Jum’at, karena kejar waktu. Saya paksa diri, bahkan malam pun saya bekerja, supaya kerjaan itu cepat selesai,” tutur Ikhsan.

Saat itu tengah hari. Saat orang-orang berangkat Jum’atan. Ikhsan masih sibuk dengan pekerjaannya. Tangannya belepotan adonan semen dan pasir. Ia bekerja sendiri tanpa dibantu peladen.

Tiba-tiba seorang lelaki separuh baya, berjubah putih dan bersorban muncul di hadapannya. Ikhsan terkejut. Ia sama sekali tak mengenal lelaki ini. Namun setelah mengingat banyak cerita tentang seorang tokoh legendaris di Lombok yang disebut-sebut sebagai seorang wali, tak lama Ikhsan sadar tengah berhadapan dengan seorang tokoh keramat: Ahmad Tretetet.

Baca Juga :  Kisah Tuna Netra Pemikat Ulung, Mahir Meniru Suara Burung

Ikhsan menuturkan sosok di hadapannya itu hanya memandangnya, tanpa berkata-kata. Tetapi sejurus kemudian ia membuang semua perkakas kerja milik Ikhsan. “Cepang tiyang kepesik, tetimplak (sendok semen saya terpelanting, dilemparkannya – bahasa Sasak),” tuturnya.

Selelah membuang semua alat-alat pertukangan itu, lelaki yang diyakini Ahmad Tretetet itu pergi, meninggalkan Ikhsan yang pucat-pasi seperti kehilangan darah.

Ikhsan benar-benar berubah sejak saat itu. Ia tak banyak bicara lagi. Keusilannya hilang. Ia begitu rajin beribadah, yang selama ini sering dikesampingkan. Pertemuan dengan Ahmad Tretetet yang sekejap itu mampu mengubah segalanya. Orang-orang menganggap Ikhsan aneh setelah itu. Apalagi karena sering mendengarnya tertawa ganjil seorang diri.

Ikhsan sendiri tidak terlalu menghiraukan anggapan orang-orang terhadapnya.  Ada sesuatu yang membuatnya tidak mengerti semenjak bertemu sang wali. Ia bisa melihat tanda-tanda kematian seseorang. “Sejak ketemu Tuan Guru Tretetet saya sering memberitahu orang yang saya lihat ajal sudah di depan matanya. Saya suruh dia jangan ke mana-mana selama beberapa hari. Tetapi banyak orang marah-marah setelah saya beri tahu. Dipikirnya saya bertambah gila,” ungkap Ikhsan.

Tetapi, dua-tiga hari kemudian, kata-kata Ikhsan terbukti. Orang-orang yang diperingatkannya itu meninggal dunia. “Kenapa saya yang beliau pilih bisa melihat dan membaca tanda-tanda kematian itu, saya tak mengerti,” ucap Ikhsan.

Ahmad Tretetet, tetap menjadi sebuah misteri. Ulama keramat yang sampai sekarang diyakini sejumlah kalangan masih hidup. Ia akan muncul, menjumpai orang-orang yang menjadi pilihannya. Dan orang-orang meyakini, bertemu dengan sang wali adalah berkah tersendiri. (Buyung Sutan Muhlis)