Begitu Tretetet Datang, Pesawat Rusak itu Tiba-tiba Hidup

BERBAGI News – SEMASIH Drs R Joko Prayitno (alm) menjadi Kepala Museum NTB di tahun 2000an, ia pernah berkisah tentang sosok Tuan Guru Ahmad Tretetet. Ia sendiri mengaku punya hubungan darah dengan ulama eksentrik itu.

“Beliau terhitung papuq (kakek, – bahasa Sasak) saya. Ayah Tuan Guru Ahmad Tretetet menikah dengan seorang wanita bangsawan Banyuwangi. Ibu Ahmad Tretetet. Itu keluarga dekat saya dari pihak bapak,” ungkap Joko Prayitno.

Seniman patung ini bercerita, pada suatu hari Ahmad Tretetet berkunjung ke rumah orang tuanya di Kampung Jawa, Mataram. Keluarga lelaki yang selalu mengenakan baret ini menyambut kedatangan sang wali legendaris itu dengan penuh kekeluargaan. “Bapak memaksa beliau menginap beberapa hari. Tuan Guru Tretetet tak menolak. Tapi di hari ke dua, beliau pamit hendak ke Jawa, mau carter pesawat,” ujar Joko.

Ayah Joko berusaha membujuk sang ulama agar menginap beberapa malam lagi. Sebab, pesawat yang menuju Surabaya di hari itu mesinnya sedang mengalami kerusakan. Saat itu di lapangan udara Rembiga Mataram hanya melayani penerbangan domestik dengan armada Fokker F28 sebagai pesawat andalan. “Bapak sudah menghubungi pihak bandara melalui telepon. Dijelaskan pesawat sedang mengalami kerusakan mesin. Butuh beberapa waktu untuk memperbaikinya,” ucapnya.

Tetapi Ahmad Tretetet tetap bersikeras ingin berangkat ke Jawa hari itu. Ia mengabaikan penjelasan ayah Joko tentang kondisi pesawat yang sangat tidak memungkinkan melakukan penerbangan. Karena terus ngotot, akhirnya ayah Joko mengantar ulama itu menuju bandara.

Di bandara, kata Joko, Ahmad Tretetet tetap tidak mau tahu keterangan dari para petugas tentang pesawat yang sedang bermasalah itu. “Saya harus pergi ke Surabaya sekarang. Mesin pesawat itu tidak rusak. Antar saya ke pesawat sekarang,” demikian ucapan Ahmad Tretetet yang bersikeras di Bandara Selaparang, seperti ditirukan Joko.

Baca Juga :  Penjaga Gudang

Petugas dan seorang co-pilot akhirnya menuruti permintaannya. Co-pilot mencoba menyalakan mesin. Serta-merta terjadi sesuatu yang membuatnya geleng-geleng kepala. Pesawat itu hidup! Selama ribuan kali jam terbang, baru kali ini ia mengalami suatu keajaiban. Pesawat itu ia tahu betul sedang mogok, menungggu teknisi yang akan memperbaikinya esok hari. Ia menoleh ke arah Ahmad Tretetet yang berdiri di tepi landasan pacu yang sedang tertawa cengar-cengir sendirian. Entah apa yang ditertawakannya.

“Orang tua itu,” ucapnya lirih.

Hari itu juga, jelas Joko, Ahmad Tretetet terbang ke Surabaya. “Itulah pertama kalinya saya membuktikan kekaromahan Ahmad Tretetet. Selama ini saya hanya dengar dari orang,” sahut Joko. (Buyung Sutan Muhlis)