Kebun Vanili Tawarkan Investasi Tidak Terbatas di Lombok Timur

Lombok Timur, BERBAGI News – Vanili adalah penyedap rasa termahal kedua di dunia. Saking mahalnya, sebutan lain vanili adalah emas hijau, harganya mahal karena budidaya dan proses pasca panen lebih rumit dibandingkan tanaman lain. Setelah sempat booming, kini banyak petani meninggalkan vanili karena harganya jatuh.

Beda halnya dengan H. Riskan Effendi, SE yang mengajak warga setempat khususnya dan masyarakat luas pada umumnya untuk bekerja sama investasi dalam budidaya vanili, dengan berawal dari lahan 1,5 Hektare yang sampai saat ini sudah mulai pembuahan dan dalam waktu dekat sudah mulai panen perdana. Minggu (27/10).

H. Riskan bersama rekan- rekan memulai berkebun dan memilih jenis vanili karena melihat komoditi ini sangat menjanjikan, meski cara perawatannya terbilang cukup rumit dan masa panen 1 tahun sekali akan tetapi harga yang diperoleh dari hasil berkebun vanili sangatlah pantastis. Lokasi yang dipilih pun cukup luas setelah dilakukan survey  di Dusun Lendang Penyonggok, Desa Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur, Lombok Timur.

“jenis vanili yang kita kembangkan yaitu vanili super, karena dipasaran dunia itu harganya bisa sampai US$ 500 – US$600 per kilo. Kalau kita kalikan dengan mata uang rupiah bisa mencapai Rp. 25.000.000,-“ ucapnya.

Tidak hanya vanili saja yang di tanam dilahan ini, mengingat masa panen vanili yang cukup lama H. Riskan memiliki solusi dengan menanam komoditi lain menggunakan sistem tumpang sari, bahkan pupuk yang digunakan juga tergolong alami (an organik).

“kita dalam tanaman vanili ini multifungsi yang bisa kita gunakan untuk tanaman lainnya, kami memilih tanaman nilam untuk tumpang sari. Tanaman nilam ini merupakan bahan baku dari segala jenis wangi wangian atau pewangi dan pangsa pasarnya sudah ada di daerah Solo,” ungkapnya.

Baca Juga :  Gubernur NTB, Kaum Difabel akan diberikan Tempat Khusus Menonton Moto GP 2021

Vanili sendiri untuk pangsa pasarnya sudah jelas, dengan mengekspor ke berbagai Negara diantaranya, Jepang, Jerman, Belgia dan beberapa Negara lainnya.

Saat ini lahan perkebunan vanili di NTB mencapai 814 hektare yang menyebar di Lombok Barat bagian utara dan Lombok Timur, terutama di desa-desa yang berada di perbukitan dengan produksi rata-rata 87 ton per tahun.

Melihat data terakhir ekspor NTB berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai ekspor Provinsi NTB Bulan Agustus 2020 sebesar US$ 56.911.177, mengalami kenaikan sebesar 31,03 persen jika dibandingkan dengan ekspor Bulan Juli 2020 yang bernilai US$ 43.435.241. Ekspor Bulan Agustus 2020 yang terbesar ditujukan ke China sebesar 61,89 persen, Jepang  sebesar 30,82 persen kemudian disusul Amerika Serikat yaitu sebesar 5,85 persen.

Jenis barang ekspor Provinsi NTB yang terbesar pada bulan Agustus 2020 adalah Barang Galian/ Tambang Non Migas sebesar US$ 52.571.912 (92,38 persen), Ikan dan Udang sebesar US$ 2.363.264 (4,15 persen), Daging dan Ikan Olahan sebesar US$ 1.011.779 (1,78 persen), Perhiasan/Permata sebesar US$ 673.356 (1,18 persen) serta Garam, Belerang, Kapur senilai US$ 183.480 (0,32 persen). (ozy/bbn).