Akad Nikah, Sebuah Perjanjian Yang Agung

Agama, Ngaji1362 Views

Oleh : H. Aswan Nasution

BERBAGI News – DALAM perjanjian (akad) nikah jauh lebih sederhana dari akad kridit.

Akad nikah hanya memerlukan ijab dan kabul, lalu seorang penghulu, dua saksi, dan mahar sekedarnya.

Akad nikah, ia tidak memerlukan agunan atau persyaratan lainnya yang berbelit-belit, bahkan sangat dianjurkan untuk dipermudah guna menpatkan keberkahan.

Kendati demikian, begitu dahsyatnya ucapan yang sangat singkat Ijab- kabul, maka terjadilah perubahan besar yaitu mengubah perbuatan haram menjadi halal dan kekejian menjadi kesucian, kebebasan menjadi tanggung jawab dan yang maksiat menjadi ibadah.

Demikian pula pernikahan itu mengubah nafsu menjadi kasih sayang dan sekaligus menjadi pencegah penyakit kelamin (AIDS) yang sangat ampuh.

Meski sederhana, sesungguhnya akad nikah adalah sebuah ‘perjanjian agung’, yang berat bagi masing-masing pasangan.

Sehingga Allah SWT menyebut dalam Al-Quran dengan kata “Mistaqan ghalizah,” (Perjanjian yang Berat) ini disebut sebanyak tiga kali (QS.33: 7,4:154, dan ayat di atas.

Karena itu tak aneh bila para ulama menyamakan akad nikah dengan perjanjian para Nabi atau ketika Tuhan mengangkat Bukit Tursina di atas kepala Bani Israel dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah SWT.

Itu sebabnya, mengapa orang dianjurkan berdoa pada saat berlangsungnya ijab-kabul, karena detik-detik mendebarkan itu juga disaksikan Allah SWT dan para malaikat.

Dalam setiap upacara akad nikah yang sakral ini, orang selalu mengutipkan surat Ar-Rum ayat 21;

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang…..”

Ayat tadi agaknya memang ayat istimewa, Ia ditempatkan dalam deretan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang kebesaran Allah di alam semesta, termasuk penciptaan langit, bumi, hutan belantara, jatuhnya hujan, dan penciptaan manusia yang merupakan makhluk yang paling unik.

Baca Juga :  Idul Fitri, Menjadikan Pribadi Tangguh Menghadapi Tantangan

Rupanya, belum cukup dengan pelbagai nikmat semesta itu. Sang Penguasa alam masih menambahi kita seorang kekasih yang menjadi pasangan hidup kita.

Allah SWT tahu persis getaran jiwa kita, Ia tahu betul kerinduan hati manusia sebagai fitrahnya, untuk berpasang-pasangan dalam hidup, sang kekasih, yang rela berbagi suka-duka bersamanya tanpa embel-embel.

Kita butuh pasangan yang mau berkorban tanpa pamrih, yang bersedia membantu kita menjalani ombak dan badai bahtera kehidupan.

Gibran Khalil Gibran, sang penyair asal Lebanon, menyebut kasih sayang sebagai sesuatu yang bungkam. “Memang bukankah selamanya, kasih sayang itu tak menyadari kedalamannya sendiri, sampai datang saat berpisah?”

Dan kini, para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa kebahagiaan manusia sangatlah tergantung pada hubungan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai, yakni hubungan antara suami dan istri.

Karena hubungan suami dan istri dalam keluarga adalah hubungan raja dengan ratunya.

Keduanya saling membutuhkan secara timbal balik yaitu agar saling mencintai dan saling mengasihi, saling memahami, saling menghormati, saling tolong menolong, saling bisa menerima kekurangan dan kelebihannya.

Dalam membangun mahligai rumah tangga keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah untuk beranak pinak dan berkembang biak mengisi dunia yang luas ini
(QS An-Nahl : 72).

Semoga Allah memberkahi kedua mempelai ini dan terciptanya keluarga idaman sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin ya rabbal alamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.