Sabar dan Hikmahnya

Agama, Ngaji607 Views

SESUNGGUHNYA sabar itu suatu kekuatan dari kekuatan jiwa dan dapat memasukkan peraturan dalam segala amal.

Sifat sabar itu suatu kekuatan yang dapat menghindarkan manusia dari kerugian, apabila sabar itu berjalan dengan baik dalam segala segi.

Demikian sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al- ‘Ashr :

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan suka berpesan (nasihat-nenasihati) untuk mengerjakan kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashri, ayat: 1-3).

Sesempurna-sempurna sabar ialah, sabar dapat mengerjakan sesuatu syari’at dengan terus menerus, baik di kala senang maupun di kala susah.

Maka di kala berhembus nafsu syahwat menggoncangkan i’tikad, hanya sabar sajalah yang dapat mengerem lajunya nafsu syahwat yang meraja lela, di kala itulah hanya sabar sajalah yang dapat menetapkan kekalnya iman kita.

Di saat semacam inilah sabar dengan iman berjalin satu dan memaksakan diri seseorang supaya berhenti diperbatas syara’; maka sabar semacam inilah yang perlu ditanamkan dalam jiwa kita masing-masing.

Tepatlah sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang dinyatakan :
ASH SHABRU NISHFUL IMAN = “Sabar itu separo dari Iman.” (HR. Baihaqi).

Sabar juga memelihara kemuliaan manusia di ketika tertimpa yang tidak dusukai.
Suatu saat kita beroleh keberuntungan dan di saat lain kita dihadapkan kesempitan dan kesukaran.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an ;
“Dan sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan kepadamu; ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

Kemudian sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah, ayat: 155)

Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala bermaksud menilai keteguhan hamba-Nya, sampai dimana dan sejauh mana keikhlasan seorang
hamba dalam mengabdi kepada-Nya.

Dengan cobaan dan ujian itulah akan nampak perbedaan antara hamba yang ikhlas beribadah dan yang hanya sekedar menutupi malunya terhadap orang lain.

Baca Juga :  Ibadah Qurban, Sebagai Pelambang Keadilan Sosial

Cobaan dan ujian Allah itu tidak memandang kedudukan hamba, tidak saja menimpa simiskin bahkan sikaya pun merasakan; juga tidak hanya ditimpakan kepada hamba yang ‘awam tetapi juga kepada yang ‘alim bahkan para Nabi pun akan tertimpa ujian itu.

Bagi seorang muslim yang nyata-nyata telah terpatri sifat sabar ia akan menerima dan menghadapinya dengan suatu keyakinan bahwa semua cobaan dan ujian itu hanya dari Allah semata dan mereka akan kembali, makin mendekat, memohon ampun dari segala dosa kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
“(Orang-orang yang sabar) yaitu orang-orang yang apabila ditimpa cobaan dan ujian mengucapkan : Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada Allah kami akan kembali.” (QS.Al-Baqarah;156).

Kita harus semakin mendekat, dan menyadari bahwa dalam suatu cobaan tentu ada hikmahnya.

Apakah karena tingkah laku kita yang salah, atau cara hidup kita yang tidak benar, semua itu harus diingat, diselusuri kembali.

Apabila telah bertemu salah satunya maka hendaknya kita mohon ampun kepada Allah serta segeralah kembali kepada jalan-Nya yang benar dan lurus.

Nashrum Minallahi Wa Fathun Qariib Wa basysyril Mu’minin.

Wallahu a’lam bish shawab.