Mengapa Alam Tidak Menjadi Ramah Lagi Kepada Kita?

Agama, Ngaji786 Views

Oleh : H. Aswan Nasution

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia itu sendiri.

Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar.Ruum : 41).

Banyak pertanyaan kepada kita, mengapa alam ini, menjadi tidak ramah lagi kepada kita dan bersahabat dengan kita?

Ayat Al-Qur’an tersebut di atas telah menjawabnya, dengan sangat gamblang dan terang benderang menjelaskan bahwa semua itu terjadi karena ulah dan perbuatan manusia itu sendiri.

Hari-hari belakangan ini, sebagian dari diberbagai kota di tanah air kita cintai ini Indonesia, merasakan ujian dan cobaan yang sangat berat berupa banjir.

Bahkan, mereka yang rumahnya tidak dilanda banjir pun turut terkena dampak banjir tersebut.

Seperti jaringan telekomunikasi terputus, aliran listrik padam, aliran air bersih terhenti, lalulintas tempat bekerja terhalang dan tempat usaha terganggu.

Oleh karena itu tanpa disadari ataupun tidak, bahwa salah satu diantara penyebab adanya peristiwa banjir, adalah manusia itu sesungguhnya telah banyak berbuat maksiat pada alam semesta ini.

Menurut sebagian para ulama mengatakan, janganlah kita berpikir bahwa maksiat itu hanya kepada Allah. Maksiat itu pun bisa dilakukan terhadap manusia dan alam.

Orang yang membuang sampah sembarangan-yang merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir-berarti berbuat maksiat pada alam.

Ayat di atas pun memberikan solusi, yakni kita dianjurkan selalu meningkatkan Iman dan taqwa, bermuhasabah, bertobat kembali kepada Allah yaitu ke jalan yang lurus dan benar.

Ibnul Qayyim Al-Jauziah, mengatakan, bahwa tobat itu ada syaratnya, yakni;
Tobat kepada Allah, syaratnya mohon ampun. Tobat kepada manusia, syaratnya minta maaf. Tobat kepada alam, syarat nya memperbaiki alam.

Baca Juga :  Keberkahan Ilmu Mampu Membawa Kemuliaan Akhlak

Kalau alam ini tidak kita perbaiki, tidak kita pelihara,
tidak kita jaga kelestarian nya, yang merupakan sebagai titipan Allah kepada manusia.

Maka nasib kita akan begini terus (dilanda berbagai musibah -termasuk banjir) yang mana sekarang ini sedang dialami oleh saudara-saudara kita di sebagian daerah di Indonesia.

Dari mana upaya ini harus kita mulai? Adalah dari diri kita sendiri.
Setiap kesalehan (kebaikan) yang kita lakukan, sekecil apapun, berarti turut memberi andil untuk menurunkan keberkahan buat negeri ini.

Sebaliknya kemaksiatan yang kita kerjakan, sekecil apa pun, maka kita juga berarti ikut serta memberikan andil dalam menciptakan datangnya bala dan bencana.

Ketaatan kepada Allah dan kebaikan kepada alam, mendatangkan kebaikan berikutnya kepada manusia dimana saja ia berada.

Kalau alam kita jaga dengan tertib, memiliki kesadaran yang tinggi, tidak membuang sampah sembarangan, hutan tidak digunduli, maka alam pasti bersahabat karib dengan kita.

Sesungguhnya tanda kesempurnaan iman seseorang itu banyak. Salah satunya, bermanfaat untuk orang lain.

Makanya dikatakan, Al-Iman al-ihtimam.”Orang yang beriman itu dicirikan oleh perhatiannya kepada orang lain.”

Semoga musibah banjir dan musibah lainnya kali ini, membuat pelajaran yang mendalam bagi kita dan juga dapat kita ambil hikmahnya, segera bertobat kembali kepada Allah SWT.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mu’minin.

Wallahu a’lam bish shawab.