Membuka Pintu Dialog

Agama, Ngaji904 Views

Oleh : H. Aswan Nasution

Membuka penglihatan dan pendengaran untuk memperhatikan orang lain yang mengajak kita bicara.

Dengarkan dan terimalah dalil-dalil orang lain dengan didasari semangat untuk berdialog dengan prinsip saling menghormati.

Jangan pernah merasa bahwa diri kita tidak pernah berbuat salah dan dosa.

Ingatlah bahwa kita hanyalah manusia biasa seperti halnya orang lain.

Ingatlah selalu bahwa mungkin pendapat orang lain – yang berbeda dengan pendapat kita – adalah pendapat yang benar.

Masalah kita yang menjadi catatan adalah selalu mengedepankan pendapat sendiri.

Yang seakan-akan tidak dapat diubah, seperti layaknya hukum-hukum agama.

Sedangkan pendapat orang lain tidak kita dengarkan atau kita anggap salah begitu saja.

Bagaimana mungkin kita memiliki pemikiran seperti itu – bersikukuh bahwa pendapat kita saja yang benar?

Padahal, Allah SWT telah menuntut kita sebagai hamba-Nya untuk senantiasa memegang dalil dan bukti.

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat-Nya yang menyatakan ;

“Katakanlah, ‘Jelaskanlah dalil dan bukti kalian!”

(QS. Al-Qashas : 28)

Kita merasa sangat sedih, kepada orang-orang yang menutup pintu dialognya, menyumbat telinga, dan tidak membuka kedua mata.

Sehingga tidak bisa mendengar dan mengerti, juga tidak mau saling memberi dan menerima dengan orang lain.

Begitulah, dirinya tak ubahnya seperti batu keras yang bisu, tidak bisa diajak bicara, dan juga tidak bisa menjawab.

Oleh karena itu, kita memandang perlu untuk mengadakan rekonstruksi sosial.

Dalam hal menyampaikan dan menerima serta menghormati berbagai macam pendapat.

Sekaligus menumbuhkan budaya dialog yang sehat agar sampai pada titik kebenaran yang diinginkan.

Di samping itu, makhluk yang tidak mungkin berbuat salah atau ma’shum hanyalah para Nabi.

Jadi alangkah baiknya jika kita mampu menghargai orang yang memiliki pendapat yang berbeda dengan kita.

Baca Juga :  Sabar dan Hikmahnya

Wallahu a’lam bishshawab.