Oleh : ASWAN NASUTION
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka hal ini disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu”.
(QS. As-Syura : 30)
SUATU musibah pada dasarnya adalah ujian bagi manusia yang beriman.
Melalui musibah dapat diketahui apakah seseorang benar-benar mukmin dan tidak atau berpura-pura beriman.
Hendaknya dicamkan didalam diri kita setiap mukmin bahwa Allah sama sekali tidak zalim kepada hamba-Nya, melainkan manusia itu yang menzalimi dirinya.
Karena itu, kita harus berprasangka baik kepada Allah. Apa yang terjadi pada diri kita semua merupakan ketetapan-Nya.
Bencana alam datang tanpa seorangpun bisa menerka kedatangannya.
Tiba-tiba dia muncul, melenyapkan semua kesenangan yang kita nikmati itu.
Tidak ada lagi yang kita banggakan dan tidak ada lagi kesombongan yang angkat bicara.
Perhatikan, adakah manusia yang paling cerdas otaknya, paling kuat tubuhnya dan yang paling licik siasatnya, adakah mereka sanggup menahan gelombang bencana ini?
Adapun menghadapi musibah semacam ini sebagai orang yang beriman hendaknya semakin mendekatkan diri kepada Allah dan berdo’a.
Karena atas apa yang terjadi pada semuanya adalah sebagai musibah dan ujian bagi orang yang beriman dan merupakan rahmat Allah.
Ketika bencana sudah datang, maka kepedulian kita sangat berarti bagi saudara-saudara kita yang ditimpa musibah.
Karena para korban dipenuhi oleh suasana kecemasan, kebingungan, dan kesedihan menghadapi keluarga yang meninggal dunia dan luka-luka serta harta benda yang telah hilang.
Maka dalam hal ini, seharusnya kita memanifestasikan rasa solidariras, saling berbagi kepada sesama saudara-saudara kita apa pun agamanya yang terkena musibah.
Wallahu A’lam Bish Shawab.
