Musibah Silih Berganti Mendera Bangsa

Religi620 Views

BERBAGI News – KITA semua telah tahu bala-bencana silih berganti mendera bangsa kita.

Belum reda kita dihantam satu bencana, sudah menyusul bencana-bencana lain yang tidak lebih ringan.

Bangsa kita saat ini masih berhadapan dengan gelombang bencana alam yang datang susul-menyusul.

Seolah-olah tidak memberi kita jeda waktu walau sebentar saja.

Bencana alam datang tanpa seorangpun bisa menerka kedatanganya.

Tiba-tiba dia muncul, melenyapkan semua kesenangan yang kita nikmati.

Sungguh, di hamparan bencana-bencana yang memilukan ini, tidak ada lagi kesombongan dan tidak ada lagi keangkuhan yang bisa angkat bicara dengan suara lantang.

Perhatikanlah, adakah manusia yang paling cerdas otaknya, yang paling hebat ilmunya, yang paling kuat tubuhnya, yang paling tinggi kekuasaannya dan yang paling licik siasatnya.

Adakah mereka itu yang sanggup menahan gelombang bencana yang datangnya secara bertubi-tubi menerjang bangsa ini?

Ada ungkapan mengatakan bahwa kita, “Tak putus dirundung malang” itu bukan sesuatu yang mengada-ada.

Jika kita mau jujur, kita telah bertahun-tahun mengalaminya, bahkan bangsa kita ini telah lama didera kesusahan dan hingga kini kesusahan itu terus-menerus datang silih berganti.

Belum reda dari tekanan krisis ekonomi, politik, sosial, hukum, dan moral, kita sudah didera lagi oleh berbagai bencana alam yang mengerikan.

Bangsa ini sudah saatnya melakukan evaluasi diri dan instropeksi diri, merenungi kembali perjalanan yang telah lalu untuk melakukan perbaikan-perbaikan di masa depan.

Nestapa yang terjadi tidak mungkin muncul begitu saja, pasti ada yang memicunya.

Ada asap pasti ada api. Ketika terlihat asap berhamburan, orang akan mudah paham bahwa di sekitarnya pasti ada api. Ini adalah ujung, dan tiap-tiap ujung pasti ada pangkalnya.

Baca Juga :  Jika Berbagi, Berikanlah Yang Terbaik

Bala dan bencana tidak akan menimpa kecuali akan kembali kepada pembuatnya sendiri.

Bangsa yang kurang iman akan tercermin dari kualitas akhlaknya.

Iman yang buruk pasti melahirkan akhlak yang rusak.

Jika akhlak sudah rusak, manusia akan kehilangan sifat amanah.

Ketika dititipkan uang, uang itu akan segera lenyap dengan tidak jelas hasilnya.

Bermain politik pun akan menjadi kotor dan curang, hukum tumpul ke atas tajam kebawah dan lain-lain sebagainya.

Maka tidak akan pernah turun keberkahan kepada bangsa ini, jika tidak pernah bersungguh-sungguh kembali kepada Allah (sebagai pemilik alam jagat raya ini).

Dengan menjadikan prinsip perbaikan akhlak sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara.

Sebenarnya, selama ini Allah sudah terlalu murah dan sayang kepada bangsa kita.

Kita memang dihadapkan pada kesulitan-kesulitan. Padahal Allah SWT telah memberikan pedoman dan petunjuk-Nya serta mengadakan kunci-kunci pembuka dari kesulitan-kesulitan dari bangsa ini.

Hanya saja semua itu kita abaikan begitu saja, tidak pernah kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Kita justru mencoba mencari-cari solusi dengan kepala kita sendiri, sebenarnya semua orang telah tahu, apa artinya daya upaya kita jika Allah tidak berkenan me-ridhai-Nya.

Mengutuk, menyalahkan, mencemooh, marah dan lain sebagainya, semua itu tidak akan berguna untuk menyelesaikan masalah.

Yang tidak kalah pentingnya adalah semangat untuk melakukan perbaikan. Kita harus berusaha agar di masa-masa yang akan datang derita seperti ini tidak terjadi lagi.

Bila bala-bencana di hamparan kita, maka kepedulian kita sangat berarti bagi saudara-saudara kita yang sedang di timpa musibah.

Maka seharusnya kita dapat memanifestasikan rasa solidaritas, saling berbagi kepada sesama yang terkena musibah.

Untuk meringankan penderitaan para korban yang diliputi penuh suasana kecemasan, ketakutan, kebingungan, kesedihan menghadapi keluarga yang luka-luka yang meninggal dunia, bahkan harta benda mereka yang hilang tidak tersisa.

Baca Juga :  Meraih Takwa dan Bahagia

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwà, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf : 96).

Renungkankanlah, hanya dengan modal petunjuk dan pedoman ini, kita optimis masa depan bangsa ini akan lebih cerah. Aamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.