Dr. Syafruddin, SE., MM: Revolusi Industri, Menggeser BBM ke Listrik

BERBAGI News – Kondisi yang serba sulit dan terbatas mendorong imajinasi dan berpikir manusia ke arah yang serbah canggih, guna pemenuhan kebutuhan dan menjawab perkembangan peradaban. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, para produsen otomotif untuk terus berinovasi menjawab semakin menipisnya bahan bakar minyak (BBM), serta menjawab tuntutan teknologi yang sehat dan yang tidak kalah penting bersaing guna memanjakan konsumen.

Salah satu inovasi yang sedang marak dilakukan adalah menyajikan segmen kendaraan ramah lingkungan dan mobil listrik, baik yang listrik sepenuhnya (full electric) atau juga berteknologi hybrid.

Seperti apa yang di kemukan Dr. Syafruddin, SE., MM, Pemerhati Ekonomi kelembagaan yang juga Rektor Universitas Samawa ini, mengemukakan bahwa perkembangan teknologi mendorong terjadi pergeseran metode maupun alat dalam aktivitas kehidupan masyarakat termasuk dalam aktivitas ekonomi dan bisnis.

“Pergeresan ini terjadi karena tuntutan efesiensi dan efektivitas dalam mencari titik optimal nilai tambah dan keuntungan usaha. Jika hanya melihat dari sisi ekonomi mikro maka teknologi harus diserap dengan cepat jika punya konsekuensi signifikan terhadap biaya faktor produksi yang cendrung turun atau lebih hemat, kebijakan ekonomi mikro tidak bisa berjalan sendiri tanpa harus memperhatikan ekonomi makro,” jelas Dr. Syaf sapaan akrab Rektor milenial ini.

“Kebijakan ekonomi makro yang umumnya menjawab effect pergeseran teknologi dari BBM ke listrik tentu harus cepat dan tepat, sektor migas yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja tentu akan terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran, hal ini akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan, industri minyak sebagai bahan bakar mesin industri akan kehilangan pasar juga derivasi hulu hilir aktivitas nilai tambah yang sudah berlangsung tentu akan terhenti,” tambah Dr. Syaf.

Baca Juga :  Bang Zul, MotoGP Mandalika Sebagai Magnet Pariwisata

Pertamina akan kehilangan fungsi, bisnis pom akan kehilangan usaha, agen-agen minyak kehilangan usaha dan pekerjaan, dilematis tapi harus memilih, karena lahirnya teknologi adalah untuk menjawab ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, suatu saat akan habis terutama sumber daya migas yang tidak dapat diperbaharui, hal ini harus dijawab dengan mengkonversi ke sumber daya yang besar dan dapat diperbarui dan melimpah. Seperti energi minyak yang terbatas ke energi listrik yang bisa diciptakan dan tidak mungkin habis.

Rekomendasi saya, ketergantungan dengan energi yang terbatas dan bisa habis perlu diganti kepada energi yang melimpah dan tidak habis. Pergeseran yang terarah dalam revolusi industri ini dilakukan secara gradual guna lahir adaptasi masyarakat dan dunia usaha.

“dengan tidak membuat benturan besar antara kepentingan perusahaan dengan karyawan serta kepentingan potensi kewilayahan regional, konflik antar pebisnis, pergeseran dilakukan secara pelan dan bertahap diberbagai bidang, ada adaptasi aktivitas perekonomian rakyat guna mengikuti perubahan secara baik dan tenang,” pungkas Rektor pencinta motar gede (moge) ini. (LZ)

Pewarta : Lahmuddin Zuhri
Editor : Lalu Sahid