Urgensi Menjaga Lingkungan Dalam Mengantisipasi Bencana Banjir di Musim Penghujan

Oleh : Reza Wira Pratama
Relawan Sasak Care Community Kecamatan Masbagik

BERBAGI News – Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sejak bulan Oktober 2020 Indonesia sudah memasuki musim penghujan, yang artinya daerah-daerah di Indonesia sudah harus siap-siap dalam mengantisipasi berbagai macam bencana alam yang akan terjadi. Bencana alam yang sering dan menjadi langganan terjadi di beberapa wilayah Indonesia berpeluang terdampak bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, gelombang tinggi, banjir, banjir bandang, angina puting beliung hingga cuaca ekstrim. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya, dan kebanyakan adalah faktor meteorologi.

Diantara beberapa bencana alam di atas, tentu yang menjadi “primadona” dan kedatangannya dapat dipastikan setiap tahunnya yaitu bencana “banjir”. Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan sebanyak 148 kejadian banjir terjadi di beberapa wilayah tanah air sepanjang januari 2021. Hal tersebut diperkuat  dari BMKG bahwa puncak musim penghujan diprediksi berlangsung pada Januari hingga Februari 2021. Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia saat ini memang darurat terjadinya bencana banjir, untuk itu masyarakat Indonesia harus siap menghadapinya. Namun tidak hanya itu, masyarakat Indonesia juga diminta untuk berefleksi tentang bagaimana upaya yang tepat untuk mengantisipasinya agar tidak menimbulkan dampak yang signifikan bagi masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman yang dilengkapi dengan segala kemajuannya, manusia  juga harus dilengkapi dengan perkembangan pola pikirnya. Khususnya dalam tulisan ini bagaimana pola pikir masyarakat itu harus lebih maju dalam menyikapi bencana yang terjadi.  Orang Indonesia seakan-akan kurang bisa menghubungkan sebab akibat, karena menganggap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya adalah sebuah takdir. Untuk itu, budaya membuang sampah sembarangan harus bisa dikikis segera dan beralih ke pola peduli sampah, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat . Masyarakat harus mampu memahami urgensi menjaga lingkungan dalam mengantisipasi berbagai macam bencana yang akan terjadi terutama banjir, tidak melulu beranggapan bahwa banjir terjadi karena faktor alam, itu merupakan suatu anggapan yang  sangat keliru.

Baca Juga :  Nenek Berusia 125 Tahun, Korban Gempa Lombok, Masih di Posko Bantaran Sungai

Berikut beberapa faktor meteorologi  penyebab terjadinya banjir yaitu:

1. curah hujan

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap potensi banjir di suatu wilayah. Apalagi jika hujan terjadi dengan intensitas tinggi atau deras dan durasinya lama..

2. faktor pasang air laut

Faktor pasang air laut terjadi, ketika hujan besar bersamaan dengan air laut, maka potensi banjir juga akan meningkat karena air sulit untuk mengalir ke laut.

Peneliti Pusat Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), M Fakhrudin berkata bahwa faktor meteorolgi bukan satu-satunya faktor pemicu terjadinya bencana banjir, namun dipengaruhi juga oleh  manusia atau antropogenik. Berikut beberapa pemicu bencana banjir akibat ulah manusia yaitu :

1. penebangan hutan secara besar-besaran atau liar

Kurangnya jumlah pohon dengan akarnya yang mampu membantu peresapan air, serta keberadaaannya yang menopang tanah.

2. tingginya daerah betonisasi

Jika suatu daerah yang memiliki tingkat betonisasi yang tinggi akan mengurangi daya serap air di daerah tersebut. Apabila daya serap air berkurang di daerah tersebut, maka besar sekali potensi terjadinya banjir akan datang.

3. bangunan liar di pinggir sungai

Banyaknya masyarakat yang membangun bangunan atau rumah di lahan kosong bukan miliknya di sekitar sungai akan memicu banjir. Hal tersebut terjadi karena bangunan-bangunan ilegal itu akan merusak ekosistem sungai dan berdampak menimbulkan banjir.

4. buang sampah sembarangan

Kebiasaan membuang sampah sembarangan seakan-akan sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia, hal ini menyebabkan banyak saluran air tersumbat. Ketika terjadinya penyumbatan saluran air, maka resiko terjadinya banjir akan besar.

Masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan akan terjadinya bencana , harus bisa menjaga lingkungannya dengan baik, karena merupakan suatu hal yang sangat urgen dan berguna untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir. Tentu hal tersebut harus dilakukan dengan mengurangi sampai menghilangkan segala bentuk pemicu yang mengakibatkan bencana banjir terjadi yaitu:

Baca Juga :  Tangan Berbagi Indonesia Mengadakan Program Wakaf 1000 Al Qur'an di Pulau 1000 Masjid

1. melakukan penebangan secara pilih

Dengan diberlakukannya penebangan secara pilih  keberadaan pohon di hutan akan tetap terjaga yang berguna untuk menyerap air

2. mengurangi daerah betonisasi dan menggalakkan penanaman 1000 pohon

Menggalakkan penanaman 1000 pohon diberbagai daerah berguna untuk meningkatkan populasi pohon sebagai wadah penyerapan air

3. membuat inovasi pengolahan sampah melalui bank sampah

Masyarakat harus mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam mengolah sampah dalam program bank sampah dengan menciptakan sesuatu dari sampah.

4.meningkatkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya

Meningkatkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya dilakukan dengan penyediaan tong sampah dibeberapa titik pembuangan sampah.

Semoga dengan sikap dan perilaku kita sebagai manusia untuk memahami urgensi menjaga lingkungan, kita bisa mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Tetaplah jaga keseimbangan antar manusia dengan lingkungan, karena ketika lingkungan tidak terawat akan berdampak pada manusia, namun jika manusia mampu menjaga lingkungan dengan baik akan mengurangi dampak buruk terhadap manusia. Meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan jangan hanya sekedar wacana dan retorika kata saja, akan tetapi, mari bersama-sama merealisasikannya secara konsisten dan berkelanjutan. (reza)