Langit Tak Akan Pernah Menurunkan Hujan Emas

Religi2157 Views

Oleh : Aswan Nasution

Di saat mentari pagi menampakkan senyumnya di ujung timur, Umar bin Khatab masuk ke masjid.

Dilihatnya ada seseorang sedang khusyuk berdoa, mengadahkan kedua tangannya ke langit dengan suara agak keras dan diulang-ulangnya, “Ya Allah, berilah hamba-Mu ini rezeki yang melimpah.”

Umar mendekatinya seraya berkata dengan nada yang memendam kemarahan, “Sungguh, engkau tahu bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas ataupun perak!”

Kemudian Umar menyuruh orang ini keluar dari masjid untuk bekerja di ladang atau di pasar dan di tempat lainya untuk berusaha.

Indah nian kisah ini, Sesungguhnya, Umar tidak melarang orang tersebut untuk berdoa kepada Allah SWT.

Umar tahu bahwa sangat dianjurkan hukumnya bagi setiap muslim untuk berdoa kepada Allah SWT.

Doa adalah “senjata bagi orang mukmin.” Dan dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Allah SWT akan murka kepada orang Muslim jika mereka enggan untuk meminta kepada-Nya.

Lantas, mengapa Umar marah kepada orang yang berdoa kepada Allah dan menyuruhnya keluar dari Masjid?

Pertama, Umar ingin menunjukkan bahwa rezeki dari Allah harus dicari dengan baik.

Ia akan datang bersamaan dengan cucuran keringat dan kesungguhan.

Dan banyak sedikitnya rezeki yang didapatkan sesuai dengan usaha yang dilakukan.

Kedua, Allah menciptakan waktu siang agar manusia mencari sebanyak-banyaknya karunia-Nya di bumi ini.

Bukan untuk bermalas-malasan dengan dibungkus baju keimanan dan ketakwaan.

Ketiga, Umar ingin mengaplikasikan makna yang terkandung dalam firman-Nya yang menyebutkan :

“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”
(Qs. Al Fatiha : 5).

Artinya kewajiban harus didahulukan daripada hak. Kita harus terlebih dahulu melakukan kewajiban kepada Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya.

Baca Juga :  Indahnya Menjaga Hak dan Kewajiban

Baru kemudian meminta hak, yaitu mendapatkan pertolongan-Nya.

Kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam mengais rezeki, baru kemudian meminta kepada Allah agar dimudahkan rezeki kita.

Sejatinya, Umar ingin menuntun kita semua untuk menjadi Muslim sejati.

Yang berkepribadian pantang menyerah, suka bekerja keras, malu untuk meminta-minta, dan lebih suka untuk memberi.

Bukankah tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin.

Wallahu a’lam bish shawab.