Menjaga Kelestarian Bangsa

Religi650 Views

Penulis : ASWAN NASUTION
(Wakil Ketua Pengurus Wilayah Al Jam’iyatul Washliyah Prov. Nusa Tenggara Barat)

“Dan jika Kami akan membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan orang yang hidup mewah untuk mentaati Allah tetapi mereka melakukan pendurhakaan, maka sudah sepantasnya Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra’/17:16)

Bangsa Indonesia, khususnya umat Islam harus menyadari bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah adalah Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa disamping hasil perjuangan dan pengorbanan rakyat Indonesia.

Itulah makna yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT kita mengisi kemerdekaan ini dengan mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya, membangun masyarakat yang beriman dan bertaqwa, manusia yang dapat mengemban amanat khalifah Allah di muka bumi.

Masyarakat yang beriman dan bertaqwa adalah masyarakat yang berakhlak dan berbudi tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah sya’ir arab ;

Wainnamal Umamul Akhlaaqu Mabiqiat, Fa Inhum Dhahabat Akhlaaquhum Dhahabuu” Sesunguhnya bangsa itu tergantung pada akhlak dan moralnya, jika rusak moral suatu bangsa, maka binasalah bangsa tersebut.

Iman dan takqwa bukanlah sekedar janji tanpa bukti, tetapi harus dapat dinyatakan dalam akhkak dan kelakuan setiap hari.

Dengan sikap dan kepribadian mulia, berarti kita telah menjaga amanat dan rahmat kemerdekaan yang diberikan kepada kita semua.

Tercatat dalam sejarah bahwa, perjuangan dan pengorbanan bangsa Indonesia bukan hanya dalam merebut kemerdekaan, tetapi juga dalam membela bangsa dan negara yang sudah merdeka dari rongrongan, dari segala bentuk kebatilan dan kezaliman yang mengancam keutuhan dan kelestarian bangsa.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan : “Negara itu ibarat sebuah taman yang indah, pagar yang menjaga keselamatan dan keindahan taman yang indah itu adalah undang-undang. Undang-undang adalah kekuatan yang wajib dipatuhi. Kepatuhan rakyat kepada undang-undang adalah penyebab kokohnya kehidupan bangsa. Para pejabat yang memegang tampuk kemerdekaan bagaikan pengembala dan pengawal negara yang harus ditanggung segala keperluannya oleh kas negara. Kas tersebut adalah kekayaan yang dikumpulkan dari rakyat. Rakyat adalah segolongan manusia yang dapat ditundukkan oleh keadilan, bukan dengan kekerasan. Oleh karena tegakkanlah keadilan, karena keadilan adalah sendi utama keteguhan suatu bangsa dan negara”.

Pendapat Ali bin Abi Thalib menggambarkan kepada kita bahwa betapa pentingnya keadilan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

Baca Juga :  Menghormati Guru Kunci Keberkahan Ilmu Pengetahuan

Keadilan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan keadilan dalam bernegara. Keadilan dalam bidang sosial, keadilan dalam bidang hukum dan peradilan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu kita dapat melihat bahwa ketegangan, kekacauan dan peperangan dan perpecahan yang terjadi dimana-mana dibelahan bumi ini hanyalah disebabkan oleh ketidak adilan.

Agama Islam sejak awal telah menganjurkan umatnya untuk tetap berlaku adil,*”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar dapat menjadi penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu”. (Qs. An Nisaa’ /4 :135).

Mengapa harus adil…? Karena sikap adil adalah cermin dari akhlak suatu bangsa.

Jika para pemimpin dan penguasa berlaku adil dalam segala bidang, maka itu merupakan bukti dari akhkak yang berjalan ditengah masyarakat.

Tetapi jika keadilan tersebut tidak terlaksana, berarti masyarakat tersebut jauh dari tuntunan akhlak dan moral agama.

Ibnu Taimiyah mengatakan : “Sikap adil dalam memerintah adalah syarat kemajuan bagi suatu bangsa. Ini adalah sunnatullah dalam berbangsa dan bernegara”.

Bahwa diantara usaha kita untuk mendapat kebaikan suatu bangsa, jika bangsa tersebut dipimpin oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bijaksana.
Pemimpin dan penguasa yang alim, arif dan adil.

Sedangkan harta kekayaan berada di tangan hartawan dan konglomerat yang berjiwa sosial, pemurah dan penyantun. Inilah kunci kebahagiaan suatu bangsa.

Sebaliknya, jika para pejabat, dan orang yang memegang kekuasaan dan yang ikut menangani masalah rakyat adalah orang-orang yang minim ilmu pengetahuan dan tidak berakhlak, sedangkan harta kekayaan berada ditangan konglomerat yang rakus dan berjiwa kikir, maka itu adalah tanda-tanda kehancuran suatu bangsa.

Berarti kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia, kualitas penguasa, kulalitas konglomerat dan kualitas masyarakat.

Baca Juga :  Berbagi Nikmat Allah, Sebab disanalah Ada Keberkahan

Kualitas manusia biasanya ditentukan akhlak dan moral. Kualitas berdisiplin, kualitas bekerja, kualitas berkarya adalah hasil dari kualitas akhlak itu sendiri.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Kuat suatu negara karena empat perkara : yaitu ilmunya para ulama, keadilan para umara (penguasa), kedermawanan para hartawan (konglomerat) dan do’anya orang fakir”.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin

Wallahu a’lam bish shawab