Sederhana Bukan Berarti Miskin, Kaya Tetapi Tidak Mewah

Religi1097 Views

Penulis : Aswan Nasution

Tantangan terberat dan yang utama untuk mencapai kebahagiaan hidup dalam masyarakat modern saat ini adalah tantangan yang berasal dari nafsu kita sendiri.

Tantangan dari nafsu materialis, nafsu serakah, dan kesombongan yang terus dipelihara oleh syetan dan iblis, membawa kita kepada kesesatan, lupa akan makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Sehingga manusia lupa akan amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepadanya.

Gara-gara nafsu yang tak terkendali, maka harta kekayaan, kedudukan dan jabatan yang seharusnya dapat menjadi sarana kebahagiaan ternyata tidak banyak memberikan kebahagiaan bagi seseorang.

Bahkan dapat menjerumuskan mereka kedalam sikap hidup dan perbuatan semena-mena.

Jika sudah demikian keadaan seseorang maka saat-saat kehancuranpun tidak terelakkan lagi, sebab Allah SWT telah memberikan penjelasan dalam firman-Nya :

*Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menta’ati Allah. Tetapi kenyataannya mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu, maka sudah sepantasnya ketentuan Kami berlaku terhadap mereka yaitu kami hancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya”. (Qs. Al Isra’ : 16).

Islam memberikan tuntunan agar setiap muslim sederhana dalam makan, jangan menjadi hamba perut, sehingga hidupnya hanya untuk makan.

Sehingga ada yang makan bukan karena lapar, tetapi makan untuk status sosial, makan untuk gengsi seperti makanan di Restoran yang mewah dan terkenal.

Padahal jika kita mengikuti salah satu sifat umat Nabi Muhammad SAW.”Nahnu Qaumun Laa Naa’kulu Hatta Najuu’a wa akalna La Nasyiba’ ” Kami adalah masyarakat yang makan apabila lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Islam menganjurkan umatnya untuk hidup sederhana. Sederhana berarti membeli sesuai dengan kebutuhan (Need), bukan karena mencari kesenangan (Want).

Baca Juga :  Hemat Bukan Berarti Kikir

Atau melempiaskan keinginan demi keinginan, sehingga banyak orang membeli sesuatu padahal dia tidak membutuhkannya.

Sehingga ada orang mempunyai pakaian seratus pasang, padahal sekian banyak kaum Dhua’fa yang tidak punya pakaian.

Ada yang mempunyai rumah berserakan dimana-mana dan tidak berpenghuni, sedangkan sekian banyak saudaranya yang tidur di kolong jembatan.

Sekian banyak orang yang makan enak di restoran mahal, padahal masih banyak orang yang kelaparan.

“Tidak beriman seseorang yang tidur kekenyangan, sedangkan di sampingnya masih ada yang kelaparan”. demikian sabda Rasulullah SAW.

Budaya konsumtif harus dilawan dengan sikap hidup sederhana. Hidup sederhana menimbulkan sikap sosial dan produktif.

Sebaliknya, hidup mewah akan membentuk jiwa konsumtif dan egois.

Islam menganjurkan kaya dan sederhana, serta melarang umatnya hidup miskin dan hidup mewah.

Sederhana bukan berarti miskin, walaupun kaya tetapi tidak mewah.

Kenyataannya, masih banyak umat Islam yang miskin tapi hidup mewah, sedangkan yang kaya lupa untuk hidup sederhana.

Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda ;
“Hindarilah hidup mewah dan berpoya-poya, karena hamba Allah bukanlah mereka yang berpoya-poya”.(HR.Ahmad).

Wallahu a’lam bish shawab.