Perpaduan Pikir dan Dzikir

Religi507 Views

Oleh : ASWAN NASUTION

BERBAGI News – SEJAK awal diturunkan, Al Quran telah merangsang manusia agar selalu menggunakan akal yang dipadukan dengan dzikir kepada Allah SWT.

Hal ini tampak pada ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhmmad SAW?

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (Qs. Al ‘Alaq : 1).

Pada ayat itu, perintah Allah ‘bacalah’ (iqro) bermakna berpikirlah secara teratur, sistematik, dan terarah dalam mempelajari ayat-ayat-Nya.

Selanjutnya perintah tersebut dirangkaikan “dengan menyebut nama Tuhanmu” (bismi ribbika) yang berarti harus adanya keterpaduan dengan dzikir.

Jadi, pikir dan dzikir adalah dua metode yang tak terpisahkan di dalam upaya menggali dan merenungkan kebesaran ayat-ayat Allah SWT, baik yang terdapat dalam Al Quran maupun Al-Kaun (alam semesta)

Secara eksplisit, Al quran juga menyebut kedua metode itu digunakan oleh mereka yang disebut sebagai ‘Ulul Albab’ Kaum Ulul Albab, sebagaimana yang tersebut dalam surat Ali Imran ayat 190-191, selalu berusaha merenungi fenomena alam semesta, di dalam segala kesempatan.

Ujung dari proses perenungan tersebut membuahkan tiga sikap Ulul Albab.

Pertama, mengakui kebesaran Allah melalui ungkapan, “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan semua ini dengan sia-sia”.

Kedua, selalu bertasbih dengan ucapan, “Maha Suci Engkau”(Subhanaka)

Ketiga, memohon doa perlindungan dari siksa neraka.

Kedua metode tersebut tak dapat dipisahkan. Pikir tanpa dilandasi dzikir akan membuat manusia angkuh kepada Tuhannya, serta merasa hanya dengan akal orang mampu mengungkap segala rahasia alam dan kehidupan.

Padahal, sesungguhnya kemampuan akal manusia sangat terbatas.

Sebaliknya, dzikir tanpa pikir akan menyebabkan penyakit kebodohan semakin merajalela.

Dua metode inilah yang digunakan untuk mengkaji tiga sumber kebenaran (Al-Haq) yakni Al Quran, As-Sunnah, dan alam semesta.

Baca Juga :  Pemimpin Tauladan Sepanjang Zaman

Realitas kebenaran Al Quran dan As Sunnah tentu tak diragukan lagi.

Sementara jaminan kebenaran alam semesta, Allah jelaskan melalui firman-Nya :

“Dan, Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya itu melainkan dengan benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Ad-Dukhan: 38-39).

Karena ketiganya merupakan sumber kebenaran dari Allah SWT, maka tidak mungkin akan terjadi kotradiksi antara mereka.

Misalnya, Al Quran telah menyebut tentang penciptaan alam semesta dan perluasannya (Adz-Dzariyat : 47)

Sains dan teknologi merupakan hasil penelitian, kajian, dan telaahan terhadap fenomena alam.

Sedangkan ajaran dien bersumber dari Al Quran dan As Sunnah.

Karena berasal dari sumber kebenaran tadi, seharusnya sains dan teknologi akan konvergen dengan ajaran Islam.

Ini hanya bisa tercapai melalui perpaduan pikir dan dzikir.

Apalagi Allah SWT telah menjanjikan kesesuaian ini, mari kita perhatikan firman-Nya ;

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benat”. (Qs. Fushshilat : 53).

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin.

Wallahu a’lam bish showab.