Nasib Petani, Dr. Syafruddin, SE., MM; Akan kah Panen Di Tengah Banjir..?

Berita Utama1377 Views

Sumbawa, BERBAGI News – Besar frekuensi hujan di seluruh wilayah Indodesia, termasuk Nusa Tengara Barat (NTB) dengan cura hujan yang sangat tinggi, berakibat banjir terjadi diberbagai wilayah, termasuk pada lahan area persawahan yang ditanami padi oleh petani, hal ini akan berdampak penurunan hasil produksi produk pertanian.

Mengulas nasip petani yang akan panen dalam musin penghujan dan bencana bajir, Berbagi News mewawancarai Pakar Ekonomi Kelembagaan dari Universitas Samawa Dr. Syafruddin, SE., MM terkait masalah banjir dan pengaruhnya terhadap produktifitas dan pendapatan petani.

“Secara alamiah puncak musim hujan pada bulan januari dan pebruari
sebagai faktor utama yang menyebabkan banjir di NTB, limpahan air di hulu, kemudian mengalir ke tengah dan hilir tidak terkendali sehingga terjadi
limpahan air bahkan terjadi banjir yang kemudian masuk ke area persawahan, ini akan berdampak pada kualitas produksi pertanian dan penghadilan petani,” jelas Dr. Gent sapaan akraf pakar ekonomi kelembagaan ini.

Disinilah pentinya kehadiran pemerintah melalui Badan Penenggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa untuk lebih intensif memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya petani di desa, serta membuat progran desa tangguh dan mandiri, sebagai upaya menangani banjir, dalam hal ini menyiapkan sistem informasi di kecamatan sampai desa, terkait cuaca dan kebencanaan, serta menginformasikan siklus bencana. Kemudian Dinas Pertanian dapat mengadakan penyuluhan terkait masa dan musim tanan, Dinas Perindustrian dapat mempasilitasi pergudangan dan alat pengeringan gabah, jika gabah terendam banjir, ulas Dr Gent rektor milenia dari Universitas Samawa ini.

Selain pran pemerintah, masyarakakat juga harus memperkuat kelembagaan masyarakat dan modal sosial guna menghadapi masalah termasuk bencana banjir pada musin panen nanti, Dr Gent memaparkan “bahwa gotong-royongan dan adat istiadat dalam masyarakat petani di desa-desa dalam wilayah NTB sudah mulai luntur, nilai dan semangat keluarga juga sudah mulai kendor, padahan ini menjadi modal sosial dan spirit utama masyarakat di wilayah pedesaan dalam mangatasi masalahnya, artinya kesulitan hidup bisa dirasa mudah dan ringan jika dihadapai secara bersama-sama.”

Baca Juga :  Segudang Penghargaan LPKS BTLK, Rama: Hadiah untuk Ibu dan NTB tercinta

Masyarakat Indonesia cesara umum terkenal dengan sikap ramah, kekeluargaan, sikap saling tolong menolong dan gotong royong di dalam menyelesaikan permasalahan hidup, gotong royong yang dapat mempermudah dan memecahkan masalah secara efisien, sikap gotong royong ini juga
merupakan ciri dari kehidupan masyarakat NTB termasuk masyarakat petani di pedesaan sumbawa, sehingga perlu dilestarikan kembali, dalam masyarakat sumbawa disebut dengan istilah “basiru”, basiru yang menjadikan kehidupan masyarakat desa di sumbawa menjadi lebih mudah dan hikmat, tutup Dr Gent mengahiri pembicaraan. (LZ).