Berhati-hati Dengan Perkara Syubhat

Religi1056 Views

Oleh : Aswan Nasution

(Wakil Ketua PW Al Jam’iyatul Washliyah Provinsi Nusa Tenggara Barat)

“Sesungguhnya yang halal sudah jelas dan yang haram sudah jelas,diantara keduanya ada perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak manusia.

Barang siapa berhati-hati dengan yang syubhat, ia telah memelihara agama dan kehormatannya.

Barang siapa yang terjatuh pada syubhat, maka ia telah terjerumus pada yang haram”. (HR. Muslim).

Hadits itu diucapkan Nabi Muhammad SAW, sebagai peringatan bagi umatnya untuk berhati-hati dalam masalah halal dan haram, serta sesuatu yang tidak jelas (abu-abu) antara halal dan haram.

Baik terkait dengan rezeki yang didapat, makanan yang dikonsumsi, pakaian yang dikenakan, nafkah kepada keluarga, maupun hal lain yang terkait dengan hidup kesehariannya.

Semuanya hendaklah berasal dari yang halal, baik halal secara hukum maupun secara halal secara materi.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk selektif dalam mengonsumsi segala hal yang menjadi kebutuhan hidupnya.

_Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(Qs. Al Baqarah: 168).

Karena itu berimplikasi sangat signifikan pada kehidupan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Di dunia berdampak pada prilaku, akhlak, pskologi, emosi, kesehatan, dan bahkan keturunan.

Ada pun di akhirat, ada dua kemungkinan: surga dengan segala kenikmatannya, atau neraka dengan segala siksanya.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa suatu pembantu Abu Bakar datang kepadanya dengan membawa makanan.

Seketika Abu Bakar mengambil satu suap dan memakannya.

Pembantu itu pun berkata, “Wahai Tuan, biasanya setiap kali aku datang membawa makanan, Tuan selalu bertanya dari mana asal makanan yang aku bawa.

Baca Juga :  Generasi Rabbani, Generasi Mandiri

Kenapa sekarang Tuan tidak bertanya? “Abu Bakar menjawab, “Sungguh hari ini aku sangat lapar, sehingga lupa untuk menanyakan hal itu.

Kalau begitu ceritakanlah, dari mana kamu mendapat makanan ini?” pinta Abu Bakar.

Pembantu itu pun menjawab, “Dulu sebelum aku masuk Islam, profesiku adalah sebagai dukun, suatu hari aku pernah diminta oleh salah satu suku untuk membacakan mantra di kampung mereka.

Mereka berjanji akan membalas jasaku itu. Pada hari ini, aku melewati kampung itu dan kebetulan mereka sedang mengadakan pesta, maka mereka pun menyiapkan makanan untukku sebagai balasan atas jasa perdukunan yang pernah ku berikan.

“Mendengar hal itu, spontan Abu Bakar memasukkan jari ke tenggorokannya agar bisa muntah. Setelah muntah, sahabat dekat nabi itu pun berkata, “Jika untuk mengeluarkan makanan ini aku harus menebus dengan nyawa, pasti akan aku lakukan karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, _”Tidak ada daging yang tumbuh dari makanan yang haram, melainkan neraka lebih layak untuk dirinya”. *

Wallahu a’lam bish showab.