Tangisan Umar Bin Abdul Aziz Ketika Dilantik Sebagai Khalifah

Religi1036 Views

Oleh: Aswan Nasution

KETIKA Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Ummaiyah, mengantikan Khalifah sebelumnya.

Sang Khalifah menangis, terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya kedalam dua lututnya dan menangis sesunggukan.

Di dalam tangisnya, Umar mengucapkan, ” Innaa Lillahi Wa Innaa Ilaihi Roji’un”. sambil berujar, “Demi Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikitpun, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan”.

Sikap Khalifah Umar itu turut mendapat perhatian anaknya yang resah melihat ayahnya menangis hampir sepanjang hari, demikian juga hal yang sama dirasakan oleh istrinya Fatimah.

Akhirnya Fatimah berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti itu?”.

Umar pun menjawab, “Sesungguhnya aku telah diangkat menjadi Khalifah untuk memimpin urusan Umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam”.

Sang Khalifah berkata kepada isteri dan anaknya, “Aku sadar dan memahami sepenuh hati, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan meminta pertanggungjawaban dariku. Sebab ini adalah Amanah yang terpikul di pundakku.

Namun aku bimbang dan ragu apakah aku mampu dan sanggup memberikan bukti kepada Allah Subhana Wa Ta’ala bahwa aku telah melaksanakan Amanah dengan tuntunan Tuhanku”.
Atas dasar itulah, wahai isteri dan anakku, sehingga aku menangis.

Khalifah Umar kemudian membaca firman Allah Subhana Wa Ta’ala dalam surat Yunus ayat : 15.

“Sesungguhnya aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai Tuhanku”. (Qs. Yunus : 15)

Sang Khalifah Umar bin Abdul Aziz bersikap di luar kebiasaan setiap pemimpin pada umumnya.

Umar bin Abdul Aziz bersikap ingin selalu dekat dan mendengar keluhan akan kebutuhan umatnya dan ingin secepatnya mengatasi persoalan yang dihadapinya.

Umar bin Abdul Aziz, memiliki konsep yang jelas dan tuntas untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi umatnya.

Baca Juga :  Akhlak Pada Bulan Ramadhan

Umar bin Abdul Aziz, tidak lari dari tanggungjawab, tetapi justru berlari memenuhi tanggungjawab.

Demikian Umar bin Abdul Aziz yang di gelar sebagai Khulafaur Rasyidin kelima memenuhi tanggungjawab yang dibebankan di pundaknya.

Kita harus selalu mengingatkan, bahwa kekuasaan, jabatan, dan kedudukan tidaklah abadi, tetapi sebaliknya, ia adalah Amanah sekecil apa pun itu namanya yang harus kita dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin

Wallahu ‘Alam Bish Shawab.

Penulis Al Faqir Warga Al Washliyah di Nusa Tanggara Barat (NTB)