Hasud Bisa Menghapus Semua Amal Kebajikan

Religi1107 Views

Oleh: ASWAN NASUTION

HASUD atau iri-dengki merupakan sikap batin atau keadaan hati yang tidak senang, membenci, atau antipati, terhadap orang lain yang mendapat nikmat, kesenangan, atau kelebihan. Ia merasa iri karena ia tidak mendapatkannya.

Itulah mengapa ada ungkapan, “sirik tanda tak mampu” atau “orang yang iri makan hati sendiri”.

Sifat (sikap) hasud ini berbahaya atau dapat merusak hablum minannas karena beberapa hal.

Pertama, ia dapat merusak nilai-nilai persaudaraan sesama Muslim karena sifat(sikap) hasud berarti menumbuhkan rasa “permusuhan diam-diam” atau kebencian dalam hati si pelaku terhadap “obyek hasud”.

Kedua, hasud akan merembet ke perbuatan buruk yang lain seperti mencela, membicarakan aib orang, “ngomongin di belakang”, dan mencari-cari kelemahan dan kesalahan orang.

Bahkan, hasud dapat mendorong untuk berniat “menjatuhkan” orang (obyek hasud) atau mencari celah untuk menjatuhkannya.

Ketiga, hasud menjauhkan orang untuk merealisasikan ajaran, “cintailah saudaramu sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri” (al-Hadits).

Karena dengan adanya sifat hasud dalam diri, rasa senang akan datangnya nikmat atau kesenangan dan kelebihan pada orang lain (sesama Muslim) pun tidak ada.

Yang ada hanya “delikan mata” atau ” was-wis-wus” memburuk-burukan orang yang menjadi obyek hasud itu.

Itulah sebabnya, Nabi Muhammad SAW mewanti ummatnya agar menjauhi sifad hasud ini.

Dan, mengingat bahaya hasud yang begitu besar, dapat dimengerti mengapa Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut ;

“Hindarilah dirimu dari sifat hasud. Karena sesungguhnya sifat hasud itu akan menghilangkan semua amal kebajikan sebagaimana api melahap kayu bakar!” (H.R. Abu Daud).

Jika hasud sudah merasuk di hati, maka amal perbuatan pun akan mengikuti kejelekan sifat yang menempel di hati tersebut (hasud).

Baca Juga :  Banyaknya Tantangan dan Fitnah Akhir Zaman

Sabda Nabi Muhammad SAW, “Ingatlah, bahwasanya di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh raganya. Jika ia buruk, maka buruklah seluruh raganya. Ingatlah, da ia (segumpal daging itu) adalah hati!” (Muttaafaq ‘Alaih).

Orang hasud tidak akan pernah merasa bersyukur dan tidak akan merasa puas selama ada orang lain yang nikmat, kebahagiaan, atau kelebihannya melebihi yang ia dapat atau yang ada pada dirinya. Ia akan ambisius untuk “lebih dari yang lain”–dalam arti negatif.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita taufiq dan hidayah-Nya agar kita senantiasa berupaya keras menjauhi sifat hasud yang mencelakakan dunia akhirat ini.

Dan semoga kita mampu menjadi hamba Allah yang bersyukur atas nikmat sekecil apa pun yang kita dapatkan dari-Nya.

Allahumma arinal haqqo haqqon, war zuqnat tibaa’ah. Warinal baathila bathilan, war zuqnaj tinabah….Aamiin

Wallhu a’lam bish shawab.

Penulis Aktivis Al Jam’iyatul Washliyah Wilayah Prov. Nusa Tenggara Barat (NTB).