Keberpihakan Terhadap Kaum Dhuafa

Religi914 Views
Oleh : ASWAN NASUTION

KEBERADAAN kaum dhuafa atau masyarakat kelas bawah seringkali hanya dipandang sebelah mata, atau terkadang tidak dipandang sama sekali.

Bagi orang-orang berpikiran picik, keberadaan kaum dhuafa memang kurang diperhitungkan sebagai kekuatan yang nampak jelas dimiliki oleh orang-orang kuat dan kaya. Kaum dhuafa dalam pandangan mereka hanya nampak sebagai beban.

Sikap Rasulullah SAW sebagai pemimipin besar, bersikap dengan adanya eksistensi para sahabat dari kalangan dhuafa sangat beliau perhitungkan.

Kaum budak semacam Bilal bin Rabbah ra. atau Ammar bin Yasir ra. banyak direkrut Rasulullah SAW sebagai pendukung perjuangannya.

Rasulullah SAW sangat yakin bahwa kemenangan akan diberikan Allah SWT melalui peran dan perantaraan kaum dhuafa.

Dengan tegas Rasulullaj SAW bersabda, “Carikanlah untukku orang-orang lemah (dhuafa), karena sesungguhnya kamu memperoleh pertolongan dan rezeki dari Allah lantaran bantuan kaum dhuafa diantara kamu.” (HR. Abu Dawud).

Potensi besar yang terkandung dalam kaum dhuafa itu diperdayakan secara serius oleh Rasulullah SAW. Allah SWT pun benar-benar melimpahkan kemenangan yang dijanjikan.

Keberpihakan terhadap kaum dhuafa tetap dijaga oleh Rasulullah SAW dari segala bentuk arogansi. Dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash ra. ia berkata bahwa Sa’ad merasa seolah-olah dirinya lebih utama dari pada orang lain (yang lemah).

Maka spontan Nabi SAW mengingatkannya dengan sabdanya, “Tidaklah kalian memperoleh pertolongan dan rezeki (dari Allah) melainkan lantaran bantuan kaum dhuafa di antara kalian.” (HR. Bukhari).

Upaya pemberdayaan kaum dhuafa sudah saatnya dilakukan dan sebagai salah satu agenda penting umat Islam, untuk meraih kembali kejayaannya dan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia di muka bumi Allah ini.

Jangan sampai potensi besar kaum dhuafa itu malah disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki tujuan politis sesaat.

Baca Juga :  Rayon IKSASS se-NTB akan gelar Lombok Bersholawat

Wallahu a’lam bish-shawaab.

Penulis adalah Akitivis Al Jam’iyatul Washliyah di Prov. Nusa Tenggara Barat (NTB).