Akhlak Pada Bulan Ramadhan

Religi868 Views
   Oleh : Aswan Nasution

AKHLAK yang baik memiliki esensi yang mana hampir manusia tidak pernah salah dalam memandang siapa saja yang sekiranya sukses memiliki sifat ini.

Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Hakikat dari akhlak yang mulia adalah mengerahkan segenap tenaga untuk berbuat baik, menghindari hal-hal yang menyakitkan, serta wajah yang ramah.”

Al-Qadhi Iyadh berkata, “Akhlak yang baik adalah bergaul dengan khalayak secara baik dan ramah, menyayangi, mengasihi, dan bijaksana dalam menyikapi sesuatu, sabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak disukai, menghindari kesombongan, serta menjauhi aneka kesalahan”.

Dalam konteks ini, Ramadhan dapat kita jadikan sarana untuk memperkuat kualitas tingkah laku, pribadi, dan akhlak secara sempurna, baik dalam tataran pribadi maupun masyarakat.

Kondisi pada saat Ramadhan sangat memungkinkan untuk itu, sebab pada saat itu para setan tengah dibelenggu dan aneka ketenangan tengah diturunkan kepada orang-orang yang shaum.

Ini akan memberikan kesempatan yang tidak tergantikan guna menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang luhur dan segar, yang bisa menaungi dan melestarikannya pada bulan-bulan yang lain dalam setahun.

Ramadhan adalah bulan yang mulia, dan karena kitab Al Qur’an yang diturunkan pada bulan itu adalah kitab yang mulia.

Hal ini telah diungkapkan oleh Al Qur’an. “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (QS. Al Waqi’ah: 77).

Sosok yang menerima turunnya Al-Qur’an pun merupakan sosok manusia yang mulia karena beliau adalah manusia yang paling bertakwa, yaitu Rasulullah SAW.

Tidaklah salah apabila kita berpendapat bahwa Al-Qur’an itu mengajak pada derajat akhlak mulia yang paling tinggi, dan Rasulullah SAW itu tidaklah diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Maka pantaslah kita, ketika berada pada bulan mulia ini untuk meletakkan diri kita pada gantungan cita-cita yang paling tinggi dalam rangka meraih akhlak mulia semelimpah mungkin.

Baca Juga :  Meraih Ketakwaan di Bulan Ramadhan

Sebab dengan seperti itulah kita akan mampu menggenapi keimanan kita serta memperoleh kecintaan dari Rabb kita pada bulan Ramadhan ini.

“Mukmin yang paling sempurna adalah yang prilakunya yang paling mulia.” ( HR. At-Turmudzi dan Ahmad).

“Hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah yang paling luhur budi pekertinya”. (HR. At-Turmudzi).

Jadi apabila dengan Puasa Ramadhan kita berhasil menorehkan budi pekerti yang luhur dalam diri kita dengan dibarengi oleh ketakwaan, maka sesungguhnya kita telah berhasil meraih keridhaan-Nya.

“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami budi pekerti dan perbuatan-perbuatan yang mulia, karena memang tidak akan ada yang bisa menganugerahkannya kecuali Engkau.

Jauhkanlah dari kami keburukan budi pekerti, karena memang tidak ada yang dapat menjauhkannya dari keburukan jiwa kecuali Engkau …Aamiin!”.

Wallahu a’lam bish shawab.

*Penulis Adalah Aktivis Al Jam’iyatul Washliyah Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
*Alumni 79′ Pelajar Al Qismul’aly Al Washliyah Jln. Isma’iliyah Medan, Sumatera Utara.