Do’a dan Rintihan Hamba Pada Bulan Ramadhan

Religi513 Views
 Oleh : ASWAN NASUTION

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”.
…”(QS. Al Baqarah : 186).

Salah satu aspek kemuliaan bulan Ramadhan ini adalah Allah SWT berkenan mengabulkan do’a-do’a kita di dalamnya.

Pengabulan do’a adalah sebuah kemuliaan di atas kemuliaan, apalagi bila berlangsung pada bulan yang sangat mulia, dan memang “tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah selain do’a”.
(HR. Ahmad dan At-Turmudzi).

Jadi Allah sangat menyukai orang yang berdo’a kepada-Nya. Karena itulah Allah memerintahkan untuk berdo’a, sebab memang Allah tidak akan memerintahkan sesuatu yang tidak Dia sukai.

Bahkan Allah sangat benci terhadap orang yang meninggalkan do’a karena meremehkan do’a tersebut atau karena sombong sehingga tak mau berdo’a.

Rasulullah SAW pun menyatakan :
“Barangsiapa yang tidak meminta (berdo’a) kepada Allah, maka Allah akan memurkainya” (HR. At-Turmuzdi).

Anjuran untuk berdo’a dalam kerangka pengabulan–sebagaimana dinyatakan dalam surah Al Baqarah: 186 di atas–tersampaikan dalam konteks anjuran untuk meraih ketaqwaan melalui shaum (puasa).

Do’a memang memiliki cita rasa khusus di kisaran aroma shaum. Ini bisa dikenali oleh orang-orang yang rajin bersimpuh dan berharap kepada Allah menjelang buka shaum (puasa).

Mereka rajin menghiba dan merintih kepada-Nya menjelang sahur, serta gemar menangis terisak-isak kepada Rabb mereka setelah shalat malam yang panjang dan selepas shalat Witir.

Mereka betul-betul akan merasakan kedekatan dengan Rabb mereka, dan betul-betul akan merasakan pengabulan dari Allah Yang Mahadekat.

Tetapi mengapa pula mereka dianjurkan untuk berusaha keras dalam berdo’a di tengah-tengah shaum dan sesudahnya?

Tidak lain karena mereka memang sudah semestinya untuk berupaya keras meraih hadiah spesial bagi para pelaku shaum yang serius menjalankan ibadah do’a.

Baca Juga :  Pesan Moral dari Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Hadiah itu adalah berupa pengkhususan oleh Allah terhadap mereka untuk tidak menolak do’a-do’a mereka, sebagai balasan bagi niat ikhlas pengharapan mereka dalam ibadah shaum mereka .

Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Sesungguhnya orang yang shaum (puasa) itu ketika berbuka memiliki (kesempatan) do’a yang tidak akan ditolak” (HR. Ibnu Majah).

Hadiah bagi pelaku shaum ini pun tidaklah terbatas pada shaum pada bulan Ramadhan. Semua pelaku shaum secara umum sama-sama punya kesempatan do’a yang tak tertolak.

Saudaraku, berusahalah ketika kita berdo’a kepada Rabb, untuk berdo’a menggunakan asma (nama)-Nya yang paling agung.

Wallahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaat…Aamiin.

*Penulis Aktivis Al Jam’iyatul Washliyah Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB)
*Alumni 79′ Pelajar Al Qismul’aly Al Washliyah Jln. Isma’iliyah Medan, Sumatera Utara.
*Alumni 83′ Fakulatas Syari’ah Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan.