The Power Istighfar Of Happynes

Opini797 Views

Oleh: Dr. Ust. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

BERBAGI News – Orang-orang besar dan tokoh dunia yang dicatat dengan tinta emas dalam buku sejarah kehidupan paralel dengan ujian, cobaan, cercaan, fitnah, dan bencana yang mereka hadapi seperti kucuran air hujan atau hembusan angin. Dan, dibarisan paling depan dari mereka adalah pemimpin para makhluk, Muhammad bin Abdullah penghulu para nabi.

Dalam perjalanannya menuju Madinah, dia bersembunyi dalam goa bersama sahabatnya, Abu Bakar. Pada saat musuh mendekati mereka, ia selalu berkata kepada temannya itu,

“Jangan kamu bersedih, sesungguhnya bersama kita.” (Al-Taubah:40)

Dalam perjalanan hijrahnya karena diusir dari kampung halamannya, ia memberi kabar kepada Suraqah, yang membuntuti perjalanannya, bahwa dia akan memakai gelang Kisra. Pada saat perang Badar dia dengan semangat mengenakan baju perangnya dan berkata,

“Golongan itu akan, dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS. Al-Qomar:45)

Hal ini, persis yang dialami oleh teman saya KH. Muslih pendiri dan pengasuh Yahtadi Lumajang yang mengalami ketertindasan, kesengsaraan, dan penganiayaan dalam hidupnya yang cukup menyita perhatian publik dan sangat dramatis. Tapi, berkat kesabaran dan kegigihannya beliau berhasil mendirikan pondok pesantren Yahtadi yang cukup fenomenal karena kualitas dan mutu kurikulumnya yang bagus terutama pengembangan kitab kuning dan tahfdz Al-Qur’an sekaligus terjemahannya.

Serupa tapi tidak sama cerita kehidupan yang dialami saya dan keluarga, dimana kondisi kehidupan kami cukup fluktuatif dan pasang surut serta dicerca ujian yang selalu mendera, hingga sampai pada titik nadir yang sangat menghawatirkan. Alhamdulillah, berkat kesabaran, ketabahan, dan ketekunan dalam berusaha serta selalu minta ampun atas segala dosa yang selama ini sering kami lakukan, sedikit demi sedikit ada titik terang menuju secercah harapan bahagia dimasa yang akan datang.

Baca Juga :  Etika Pemilih dan Hak Pilih yang Beretika

Ulama Salafuna al-Shalih berkata, “Jika masalah yang saya hadapi mengalami kebuntuan, maka saya akan ber-istigfar kepada Allah SWT sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar.” Karena salah satu sebab yang bisa mendamaikan hati dan pikiran adalah ber-istighfar kepada Dzat Yang memiliki keagungan (Dzul Jalal).

Banyak hal yang dianggap berbahaya dan mencemaskan dalam hidup ini, tetapi justru mendatangkan kedamaian dan ketenangan serta peluang hidup yang sangat prospek sekali. Dalam al-Musnad karya imam Ahmad, disebutkan: “Allah tidak akan memberlakukan sebuah qadha’ kepada hamba-Nya kecuali itu menjadi sebuah kebaikan baginya.”

Abu Tamam berkata tentang masa bahagia dan masa sulitnya,

“Tahun-tahun berlalu bersama kebahagian dan kesenangannya, karena terlalu singkatnya tahun-tahun itu seperti hitungan hari. Kemudian datang hari-hari susah seakan-akan hari-hari itu tahun-tahun yang lama karena panjangnya. Kemudian masa-masa itu lenyap bersama dengan manusia, masa-masa itu dan manusia-manusia itu tak ubahnya mimpi.”

“Dan, masa kejayaan dan kehancuran itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mendapat pelajaran).” (QS. Ali ‘Imran: 140).

Tidak sedikit tempo dulu mereka jaya dan jumawa, tapi saat ini hidupnya sengsara nan nestapa. Begitupun sebaliknya. Tidak ada dalam sejarah, orang besar itu hidup dalam kemanjaan dan keberadaan tapi justru mereka hidup dalam kemelaratan.

Tulisan ini, saya tutup dengan sebuah kisah Qais ibn ‘Ashim al-Manqari adalah orang Arab yang penyabar. Suatu saat dia sedang duduk menceritakah sebuah kisah didepan komunitasnya. Tiba-tiba, datanglah seseorang dengan nafas yang terengah-engah sembari menceritakan, “Anakmu baru saja terbunuh, dia dibunuh oleh anak si fulanah!” Mendengar itu, dia tidak bergeming sedikitpun dari tempat duduknya dan tetap melanjutkan ceritanya hingga usai. Habis itu, ia berbicara, “Mandikan dan kafani jenazahnya! setelah itu, panggil aku untuk menyolatkannya.”

Baca Juga :  Membedah Kasus Pencurian Dalam Keluarga di Sumbawa

Nah, kira-kira jika kisah yang dialami oleh Qois ibn Ashim al-Manqari apa tetap duduk tidak bergeser dari duduk kita? Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisahnya. Amin.

Salam SK, al-Mihrab Foundation (28/5/21)