Berbagi Rahmat Allah SWT

Religi855 Views

SETIAP ajaran agama dari yang paling sederhana, paling ringan pelaksanaannya sampai kepada yang tersulit dan terberat, semuanya memgandung rahmat yang dapat kita nikmati.

Hasil cicipan rahmat tersebut hendaknya dibagi dan disebarkan kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita.

Inilah yang harus selalu kita targetkan dalam melaksanakan ajaran dan perintah agama.

Bukan hanya sekedar menuntut dan memperhitungkan pahala secara statistik dan kalkulasi angka.

Sebab pahala itu pasti ada. Janji Allah SWT pasti ditepati. Tidak mungkin diingkari-Nya.

Begitulah, kaum Muslimin terkadang lebih suka berbahasa dengan bahasa simbolik yang justru mengurangi makna sebenarnya.

Kita terjebak dengan pengertian pahala (ajrun) itu urusan akhirat. Balasan dan hasil kebaikan yang dilakukan seolah-olah hanya bisa dinikmati setelah mati.

Padahal, agama bukan hanya melulu keselamatan akhirat saja tapi juga untuk kebahagiaan dan keselamatan manusia di dunia.

Allah SWT berfirman: “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah (2): 201).

Bentuk hasanah yang paling mudah dipahami dan dirasakan adalah adanya kebahagiaan dalam hidup. Ia merupakan kebutuhan mutlak dan tuntutan utama setiap orang.

Soal bagaimana bentuk kebahagiaan itu serahkan saja kepada kehendak kebijaksanaan Allah SWT.

Jelasnya doa orang tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Ia menikmati ketenangan hati dan kelapangan jiwa.

Secara lahiriah, orang tersebut kelihatan seperti melarat hidupnya. Namun karena dia tak pernah menaruh dendam kepada orang lain, tidak iri kepada orang kaya, tidak cemburu kepada orang-orang berpangkat, dan tidak juga berniat sedikitpun untuk merugikan orang lain.

Maka orang seperti ini akan merasakan kecukupan (qanaah) dan kepuasan (ridha) dalam hidup. Boleh jadi inilah ijabah doa atas permohonan hasanah yang dimunajatkan setiap waktu.

Baca Juga :  Pelaksanaan Berqurban dengan Professional

Agama baginya mendatangkan maslahat yang besar, tak hanya di akhirat kelak, tapi juga didapatkan di dunia.

Sebaliknya hal berbeda didapati pada orang-orang yang tak merasakan dampak agama dalam hidupnya.

Jangankan hasanah di akhirat kelak, kebahagiaan di dunia pun tak mampu dirasakan semasa hidupnya.

Orang-orang seperti ini nyatanya belum mampu merasakan sama sekali manfaat agama dan keyakinannya kepada Tuhan.

Kekayaan yang diperolehnya baru sampai pada tingkat memenuhi jasmaninya. Sedang ruhaninya tak menemukan sesuatu manfaat dari kekayaan itu.

Inilah yang dirasakan sebagian manusia sekarang. Berlomba-lomba memenuhi hasrat jasadnya yang tak kunjung menemukan kepuasan.

Sedang hatinya kosong dan dibiarkan lapar dari asupan yang dibutuhkan.

Agama bagi mereka sekadar menjadi ibadah ritual semata. Dikerjakan begitu saja. Tanpa ada motivasi lebih untuk kualitas kehidupan yang lebih baik.

Seolah tiada hubungan dengan urusan pekerjaan dan kebutuhan sehari-harinya di dunia.* Wallahu a’lam bish shawab.