Membangun Semangat Generasi Muda Muslim Di Masa Pandemi Dengan Nilai-Nilai Pancasila

Opini462 Views

Penulis : Hani Aulia Bustomi
Mahasiswi Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan Karawaci
Jurusan Akuntansi

BERBAGI News – Di masa pandemi seperti sekarang ini beberapa aktivitas diberhentikan, salah satunya sekolah. Sekolah diberlakukan secara online sejak tahun 2020 hingga sekarang.  Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19), seluruh kegiatan sekolah dilakukan secara online.

Sudah satu tahun pembelajaran online diaktifkan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Segala aktivitas sekolah dilakukan secara online. Mulai dari penyampaian materi, tugas, maupun praktik dilakukan secara online. Hanya beberapa sekolah terkadang mengadakan system tatap muka. Lalu apakah hal ini menimbulkan pro dan kontra? Ya, hal ini menimbulkan pro dan kontra bagi siswa maupun orang tua. Sebagian beranggapan bahwa pembelajaran secara online bagus untuk melihat perkembangan anak lebih lanjut. Disisi lain banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran ini kurang efektif karena membuat anak lebih malas dan ngantuk.

Tuti (40) memberikan tanggapan negatif tentang hal ini  “Belajar jarak jauh menurut saya kurang efektif karena kurangnya interaksi antara guru dengan murid, penjelasan yang disampaikan kurang di mengerti oleh murid, dan suasananya membuat siswa jenuh”

Banyaknya keluhan sekolah online yang menyatakan bahwa murid menjadi malas dan jenuh. Tidak salah bahwa siswa jenuh dan merasa malas karena belajar dilakukan di rumah, karena rata-rata pola aktivitas siswa selama pandemi ini terlihat monoton, bangun-belajar online-main. Pola yang terus berulang menyebabkan siswa jenuh dan malas akan tugas yang terus menumpuk. Bagaimana agar siswa lebih produktif dan semangat saat pandemi? Apakah bisa dengan menerapkan nilai-nilai pancasila?

Baca Juga :  Endra Syaifuddin Ahmad, SH.,MH: Mayat Dalam Jurang Batu Lanteh, Korban Penganiayaan atau Perampokan
  1. Ketuhanan yang maha esa

Para siswa harus diajarkan dan menanamkan dasar dari pancasila yang pertama ini. Percaya dan yakin kepada Allah. Dengan beribadah rutin, maka energi positif akan terus masuk ke dalam diri. Membaca al-qur’an pun salah satu bentuk produktivitas yang positif dalam aspek kehidupan. Menerapkan hal ini kepada siswa membuat pola aktivitas siswa dan berbagai kalangan menjadi lebih baik. Mungkin kita bisa menanamkan ini kepada siswa dengan variasi. Semisal membaca Qur’an di suasana yang berbeda.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kedua merujuk kepada manusia. Kita sebagai manusia membutuhkan manusia lain karena kita adalah makhluk sosial. Berperilaku adil sesama manusia dan tidak membeda-bedakan merupakan pengamalan sila yang kedua. Para orang tua bisa mengajak anak untuk bersilaturahmi ke panti asuhan, rumah yatim dan sebagainya. Disana kita bisa mengajak anak untuk bergaul dengan yang lain tanpa membeda-bedakan, dan melihat sisi lain yang belum pernah ia lihat akan membuat kita lebih beryukur.

3. Persatuan Indonesia

Dalam sila ketiga kita harus mempererat hubungan antar sesama warga Indonesia. Islam menyebutnya dengan istilah “Ukhuwah Islamiyah / Ukhuwah Insaniyah” yang artinya menjaga hubungan antar muslim dan manusia lainnya. Tidak boleh membedakan ras, agama, suku agar tidak terjadi perpecahan antar sesama. Kita dapat menerapkannya dengan mengikuti organisasi yang diadakan secara online, misalnya IMUN International Conference, atau organisasi yang bisa diikuti oleh siswa di seluruh dunia. Disitu kita bisa menjumpai orang dalam berbagai negara, suku, ras dan budaya. Kelebihan ikut kegiatan sosial secara online adalah bertukar pendapat satu sama lain, dan memperbanyak wawasan dari berbagai sudut pandang. Selain meningkatkan produktifitas, murid akan menjadi lebih menerima pendapat dari orang lain.

Baca Juga :  Pilkada dan Harapan Mahasiswa

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Sila keempat menekankan akan pentingnya musyawarah untuk mencari solusi dan mencari kesepakatan bersama. Jika kita bermusyawarah untuk mencari jalan dalam mencapai kesepakatan, kita akan mempunyai banyak nilai positif di dalamnya salah satunya menghargai pendapat orang lain. Siswa bisa diajak berdiskusi dengan siapapun termasuk orang tua untuk mencari kesepakatan dalam setiap langkah yang ia ambil. Misal nya jika murid dan orang tua memiliki keinginan yang berbeda, seperti cita-cita. Para orang tua bisa mengajaknya berdiskusi kenapa ia memilih pilihannya? Apa kelebihannya? Apa manfaat yang bisa diberikan? Dan sebagainya.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila terakhir ini memperlihatkan kepada kita bahwa kita harus adil kepada sesama. Islam selalu mengajarkan untuk berbuat adil dalam segala aspek. Para orang tua maupun guru bisa mengajak para murid untuk berlaku adil, tidak semena-mena, mengerti hak dan kewajiban sesama. Hal ini bisa diterapkan di rumah. Seperti membantu membersihkan rumah, karena rumah dipakai bersama orang tua, kakak, maupun adik jadi setiap orang memilki kewajiban untuk membersihkannya dan merawatnya. Atau jika ada gotong royong di sekitar rumah, kita harus berpartisipasi karena lingkungan ini milik bersama dan dipakai bersama. Diharapkan siswa maupun siswi bisa melakukan hal positif yang ada disekitar. (hani)