Dampak Pandemi Terhadap Sekolah Online

Opini457 Views

Penulis : Hana Aulia Bustomi
Mahasiswi Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan Karawaci
Jurusan Akuntansi

BERBAGI News – Pada Maret 2020 terjadilah peristiwa yang menggemparkan bagi seluruh masyarakat di dunia, yaitu penyebaran wabah Covid-19. Berawal dari beberapa kasus di kota Wuhan, China, sejak akhir Desember 2019 lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk sementara menamai virus baru 2019 ini sebagai novel coronavirus (2019-nCoV) dan kemudian, pada 12 Januari 2020 secara resmi mengubahnya menjadi coronavirus 2019 (Covid-19) pada 12 Februari 2020. Terdapat ciri-ciri serta gejala dari Covid-19 ini seperti sakit tenggorokan, demam, sesak nafas yang kadang tidak disadari karena mirip dengan sakit biasa pada umumnya.

Akhirnya pada Maret lalu pandemi mulai diberlakukan serta merta sekolah menjadi diliburkan tapi tetap belajar di rumah. Pandemi ini diberlakukan agar tidak menyebarnya Covid-19 yang sudah menyebar luas di beberapa wilayah di Indonesia.

Kebijakan ini membuat belajar yang tadinya bertatap muka berubah menjadi online. Dalam Surat Edaran No. 4 Tahun 2020, Mendikbud, Nadiem Makarim menyebutkan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk siswa. Hingga saat ini belajar online atau secara daring masih diberlakukan sampai nanti ada keputusan dari pemerintah.

Dari kebijakan ini awalnya pemikiran ini mungkin bagus dikarenakan Wabah yang sangat berbahaya ini cepat menyebar luasnya dan mengkhawatirkan, dan tentu saja daring atau sekolah online adalah solusinya. Akan tetapi, banyak hal yang membuat belajar daring atau online ini sangat tidak efektif apalagi terhadap anak usia dini yang memerlukan bimbingan secara langsung.

Anak-anak dan remaja pun mulai merasa bosan, apalagi dengan pelajaran yang sulit dipahami karena terbatas, juga kadang beberapa guru hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan pelajarannya, hal ini membuat murid kurang kreatif dan wawasan menjadi terbatas. Belum lagi ada beberapa murid yang memanfaatkan hal ini untuk bermalas malasan dan menunda nunda waktu yang ada, apalagi ditambah dengan pengaruh game ataupun bersosial media, ini membuat murid mengebelakangkan pendidikan daripada yang seharusnya.

Baca Juga :  Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Berkhasiat pada Pengobatan Tradisional

Ini membuat resah para orangtua. Akan tetapi, Covid-19 terus terusan menyebar luas dan mengancam keselamatan masyarakat semua.

Tidak hanya itu, di saat pandemi ini membuat beberapa masyarakat terkena dampak pengangguran karena terjadi PHK secara sepihak ini membuat sulit bagi para orang tua untuk memenuhi kebutuhan disaat pandemi seperti ini, dan ada beberapa sekolah yang memiliki biaya yang sangat tinggi, sedang, maupun biasa yang kadang menjadi protes karena nilai biaya fasilitas tidak dikurangi.

Ada beberapa kabar yang di mana bulan Juli 2021 akan dilaksanakan sekolah offline. Hal ini membuat para siswa-siswi berharap agar sekolah offline benar-benar akan dilakukan bulan Juli 2021 nanti. Pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan dengan hati-hati, melihat dari lonjakan kasus Covid-19 yang mulai merajalela kembali dibeberapa bagian daerah belakangan ini. Dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sesuai arahan dari Presiden Jokowi, maka pembelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas.

Dan yang menentukan antara tidak atau iya anaknya sekolah adalah orang tua murid. Ini membuat beberapa pro dan kontra terhadap beberapa masyarakat, ada yang menanggapinya positif karena dengan pembelajaran tatap muka anak pun bisa belajar dengan dibimbing langsung oleh para guru dan tidak membuat jenuh karna belajar selalu di dalam rumah, tapi ada beberapa yang menanggapinya dengan respon negatif dikarenakan Covid-19 masih da nada beberapa berita dimana kasus Covid-19 mulai melonjak kembali dan ini sangat mengkhawatirkan bagi sebagian masyarakat apalagi orang tua siswa.

Dampak dari Covid-19 ini sangat mengkhawatirkan bagi semua masyarakat bagi para pekerja, murid, mahasiswa maupun orang dirumah. Resiko yang ditanggung pun cukup besar maka dari itu semua orang berharap agar sekolah offline ini tidak membuat kasusnya semakin banyak ataupun memperparah keadaan dan guna untuk meningkatkan pendidikan Indonesia yang mulai tertinggal jauh dengan Negara lain. Apapun dari kebijakan pemerintah semoga itu yang terbaik bagi kita semua dan juga kedepannya. (*)