Berqurban, Bukan Menjadi Korban

Religi551 Views
Oleh: Aswan Nasution

“Barang siapa yang mampu untuk berqurban, tetapi tidak melaksanakannya, maka janganlah dia mendekat ke tempat kami bersembahyang ini.” (HR. Ahmad dan Ibnu dari Abu Hurairah).

SUDAH menjadi sunnatullah, bahwa setiap perjuangan harus diawali dengan pengorbanan.

Perjuangan dengan pengorbanan adalah dua mata pisau yang menjadi kunci setiap kemenangan dalam segala hal.

Oleh karena itu, sebagai media pendidikan bagi umat manusia, dan sebagai pernyataan sikap cinta kepada Pemilik Kehidupan.

Maka Allah menganjurkan hamba-Nya untuk selalu berkorban, sebagai bukti pengabdian dan tanda syukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Dalam Al-Qur’an dinyatakan:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbankah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar: 1-3).

Maka sudah saatnya, mari kita budayakan dan masyarakatkan melaksanakan qurban pada bulan Dzulhijjah tahun ini.

Sebagai rasa syukur atas segala nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada kita, yang sudah tidak terhitung banyaknya.

Sekaligus untuk mendidik jiwa kita agar terbiasa untuk mengurbankan segala sesuatu yang kita miliki, demi kepentingan umat, dalam rangka mencapai ridha Allah SWT.

Dalam hadits di awal tulisan ini, dinyatakan bahwa barang siapa yang tidak mau berqurban padahal dia mampu untuk melakukannya, maka menurut Rasulullah SAW, dia tidak boleh mendekati tempat rasul shalat.

Karena inti dari tempat shalat adalah membentuk jamaah, demi memupuk solidaritas sosial.

Kalau seseorang mampu untuk berbuat demi kepentingan sosial, tetapi tidàk mau dan lebih mementingkan dirinya sendiri; maka lebih baik dia tidak hadir dalam jamaah tersebut.

Anjuran berqurban ini sangat didambakan sehingga Rasulullah SAW bersabda :

Baca Juga :  Dunia Sekarang ini Menghendaki Revolusi Mental

“Sembelihlah qurban dan mantapkanlah hatimu dalam melaksanakannya. Sesungguhnya jika seorang muslim menghadapkan hewan qurbannya ke arah kiblat (untuk disembelih), maka darah hewan tersebut dan bulunya, semuanya akan menjadi kebaikan yang akan ditimbang dalam timbangan pahala di hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi).

Sangat disayangkan, masih banyak umat Islam yang mempunyai harta yang berlebih dan mempunyai kemampuan untuk membeli dan menyembelih hewan qurban.

Tetapi kurang menyadari nilai tentan pendidikan dan nilai kesyukuran atas nikmat Allah dalam melaksanakan qurban.

Seharusnya mereka bersyukur diberi kesempatan untuk berqurban dan berlomba-lomba melaksanakan qurban (fastabiqul khairat).

Mereka lebih senang menghamburkan uang untuk berpoya-poya, mencari kesenangan dan kepuasan hawa nafsu walaupun mengabiskan uang berjuta-juta.

Akibat dari sikap mental seperti inilah, akhirnya mereka yang mampu juga enggan untuk mengurbankan harta, kedudukan, prestise, keahlian demi untuk perjuangan umat Islam.

Malahan mereka lebih senang menjadi korban dari pada berqurban.

Mereka menjadi korban keserakahan hidup, korban rasa egoisme, korban godaan syetan, korban gaya hidup materialisme, dan hedonisme.

Kasihan, akhirnya mereka hidup hanya untuk menjadi korban, bukan untuk berqurban.

Kemalasan umat Islam dalam melaksanakan qurban inilah yang akhirnya menular menjadi kemalasan untuk berqurban demi kepentingan sosial dan umat manusia.

Dan sudah menjadi hukum alam, barang siapa yang tidak berqurban, maka dia akan menjadi korban.

Di dalam hidup ini kita hanya memilih hendak menjadi korban atau melakukan pengurbanan.

Kalau melakukan pengurbanan, maka otomatis kita akan mendapat kemenangan, dan kita menjadi orang yang berada di tangan atas.

Tetapi jika kita tidak mau melakukan pengurbanan, maka kita akan menjadi korban orang lain korban hawa nafsu, korban dari perjuangan orang lain; dan kita akan selalu menjadi objek, menjadi orang di tangan bawah.

Baca Juga :  Zakat Fitrah dan Kepedulian Sosial

Mari kita menyambut hari Raya Idul Qurban pada tahun ini, dengan penuh bahagia dan syukur yang tinggi, dan kita bisa berqurban dengan sebaik-baiknya.

Walaupun merayakan Idul Adha pada tahun ini kita masih diliputi rasa takut, cemas dan khawatir dengan mengganasnya penyebaran Covid-19 yang belum mereda.

Tetapi hendaknya tidak menyurutkan semangat untuk berqurban, karena berqurban itu adalah perjuangan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah.

Dengan demikian, sehingga dengan cinta dan kasih sayang kepada hambanya, wabah covid-19 ini dapat segera berakhir.
Wallahu a’lam bish shawab.