Kepergian Haji Aho, Mewarisi Lawas, Islam Menjadi Indah dan Muda

Catatan665 Views

Sumbawa, BERBAGI News – Hari ini Rabu 4 Agustus 2021 Sumbawa menangis karena salah satu tokoh adat dan agama telah manghadap kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, Dea Guru H A Wahab Zakaria yang akrab di sapa Haji Aho beliau adalah budayawan sekaligus agamawan Sumbawa.

Kepergian Haji Aho membawa kenangan yang begitu dalam bagi masyarakat Sumbawa, hal ini dikemukan Guru Besar Sosiologi Universitas Samawa Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar, M.Pd, sosok Haji Aho adalah Pakar Lawas (seperti syair atau pantun.red) Sumbawa, beliau apik memadukan adat Sumbawa dengan nilai dan tradisi Islam. Hal ini terlihat dari lawas-lawas ciptaan beliau syarat pesan nilai Islam, budaya dan tradisi dijadikan alat atau metode dalam penyampaian pesan keagamaan, sehingga nilai agama lebih mudah dipahami oleh masyarakat Sumbawa.

“Kalau nilai dan hukum agama Islam disampaikan dengan cara-cara Arab, Jawa, Minang atau budaya yang lain tentunya akan ada terjadi kesenjangan budaya dan akan kesulitan untuk memahami dan menerima oleh masyarakat Sumbawa. Inilah salah satu karya almarhum dalam mamajukan budaya Sumbawa yang sekaligus juga memajukan Islam,” ulas Prof Ude sapaan akrab guru besar sosiologi ini.

Kehilangan ini juga dirasakan oleh Ketua DPRD Sumbawa Abdul Rafiq, SH sosok Haji Aho adalah tokoh Sumbawa yang selalu mempertahankan dan mengkampayekan nilai budaya Sumbawa dari kepungan budaya populer. Beliau mampu menjaga dan melestararikan kesumbawaan kita selaku tau ke tama samawa (masyarakat dan alam sumbawa.red), hal ini terlihat dari karya dan ceramah beliau yang syarat makna pertalian adat Sumbawa dan nilai Islam.

“Beliau mampu memadukan antara budaya Sumbawa dengan agama Islam, sehingga pesan dan nilai Islam dengan indah dan mudah tersampaikan ke dalam hati dan keyakinan masyarakan Sumbawa,” ungkap   Ketua DPRD Sumbawa.

Baca Juga :  Dzikir Sukses Tangani Covid

Begitu juga Ketua MUI Sumbawa selaku rekan sejawat Haji Aho di MUI, Dea Guru Syukri Rahmat, S.Ag merasakan kehilangan yang begitu mendalam “kita sangat kehilangan beliau, mudah-mudahan segala amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT Aamiin.”

“H. A. Wahab Zakariah, adalah sosok yang sangat cerdas, saya kenal beliau secara dekat, karena ayah saya yang berprofesi sebagai Guru SD, Sirajuddin bin Hasan cukup lama menemani beliau yang menjabat sebagai kepala sekolah di SDN Berare, kurang lebih sebelas tahun lamanya,” ulas DeaGuru Syukri.

Selama menjadi kapala sekolah beliau juga mengajar ngaji di Berare, tidak kurang dari tiga ratus kotab ngajinya (santri.red) saat itu, yang menempati tiga rumah panggung yang disiapkan oleh masyarakat Desa Berare sebagai tempat mengaji. Selain itu, beliau juga punya skill lain, yakni ahli reparasi tv radio tape, juga sangat terampil di bidang mesin, jadi beliau ahli juga untuk perbaiki sepeda motor dan mobil. Beliau punya ahli di bidang sulap, bahkan atraksi sulap menjadi profesi lain yang cukup lama beliau jalankan, yang berkesan beliau sangat piawai dalam balawas dan membuat lawas, sehingga masyarakat Sumbawa menyebut beliau dengan sebutan H. Aho baeng lawas (pemilik lawas.red), karena kapasitas dan skill yang dimiliki beliau masuk dan aktif di kepengurusan MUI Kabupaten Sumbawa dan Lembaga Adat Tana Samawa Kab. Sumbawa,” tutup DeaGuru Syukri.

Kehilangan yang mendalam juga dirasakan oleh tokoh muda sumbawa yakni Ketua Bawaslu Sumbawa Syamsi Hidayat, S.Ip., MH dan Ubaidillah, S.Pd., M.Pd Ketua Pemuda Muhammadiyah Sumbawa.

Syamsi Hidayat, S.Ip., MH, memberikan kesaksian beliau (haji aho) adalah panutan kami masyarakat Moyo Utara dan Sumbawa pada umumnya, karena beliau dapat memberi tauladan kepada kami generasi muda Sumbawa, di samping itu beliau juga tempat kami masyarakat kecamatan Moyo Utara memohon pertimbangan dan arahan terhadap semua pemasalahan ummat, baik dalam bentuk adat maupun hukum.

Baca Juga :  Haji Aho Tetap Ada untuk Sumbawa

Kesaksian yang sama dikemukan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sumbawa Ubaidillah, S.Pd., M.Pd, “Beliau adalah sosok yang baik, tidak hanya budayawan Sumbawa yang terkenal dengan lawas-lawas (bentuk syair/pantun.red) yang luar biasa memberikan nilai-nilai konstruktif untuk penguatan dan pelestarian budaya khususnya budaya lisan tau Samawa (masyarakat sumbawa.red), dengan perginya beliau tentu meninggalkan banyak hal terutama lawas yang menjadi identitas tau Samawa. Maka, tugas kita sebagai generasi selanjutnya menjaga dan memelihara lawas yg sudah beliau karang,  disamping itu beliau sosok agamawan yang kiprahnya sebagai anggota majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbawa dan warga Muhammadiyah yang tentunya banyak memberikan pencerahan kepada umat tentang cara hidup yang dilandasi dengan nilai-nilai agama. (LZ)