Lombok Tengah, BERBAGI News – Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Mataram (Unram) di Desa Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah selama 45 hari memfokuskan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai bentuk pemberdayaan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.
Di Desa Pejanggik, potensi masyarakat dalam berwirausaha masih kurang sehingga perlu motivasi agar masyarakat memiliki jiwa kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Pendampingan diberikan kepada masyarakat yang ingin terus berwirausaha khususnya ibu ibu PKK dan masyarakat yang sudah berwirausaha maupun belum.
“Jiwa wirausaha adalah jiwa kemandirian sebagai usaha menyalurkan kreatifitas yang bisa dijadikan lahan mencari penghasilan. Jiwa kewirausahaan harus ditanamkan sejak seseorang sadar bahwa perekonomian itu penting,” jelas Neti Aprilianti, mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum saat sosialisasi.
Hal yang sama disampaikan Gede Dimas Hari Kusuma, mahasiswa Jurusan Ekonomi Manajemen. “Kita harus berusaha untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan maju. Jiwa kewirausahaan bisa mendorong masyarakat mengolah hasil alam menjadi sebuah karya yang dapat dijual. Entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain,” katanya.
Irfandi, ketua kelompok KKN tematik Desa Pejanggik mengatakan bimbingan kewirausahaan dan e-commerce sebagai upaya mengembangkan ekonomi masyarakat. Salah satu yang dikembangkan yakni kemasan produk makanan berbahan dasar jagung.
“Bahan kemasan makanan jagung ini dari plastik aluminium foil dan kertas kraft agar lebih ramah lingkungan,” kata Irfan.
Dalam hal penjualan, jelas Irfan kelompok KKN Desa Pejanggik menggerakkan pemasaran melalui pemasaran digital, memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, whatsapp dan website dengan target kaum millennial.
Tidak hanya itu, mahasiswa KKN Unram Desa Pejanggik juga menggali informasi sejarah. Diantaranya sejarah Keraton yang konon sudah berusia ratusan tahun, sejarah Makam Serewa, sejarah sumur di anggap keramat serta sejarah Perang Timbung. “Kajian sejarah ini kemudian menjadi laman web desa,” jelasnya. (red)
