Bubur Putek, Tradisi yang di Lestarikan Masyarakat Kerandangan

Lombok Barat, BERBAGI News – Salah satu tradisi yang masih melekat pada diri masyarakat dusun Kerandangan Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat adalah tradisi membuat bubur Asyura atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bubur Putek. Bubur putek (red. Bubur Putih), sebenarnya hanya dilaksanakan pada 10 Muharram atau saat pelaksanaan Puasa Asyura. Akan tetapi di dusun Kerandangan ini sendiri, peringatan bubur putek dilaksanakan 1 kali dari tanggal 10 hingga mendekati berakhirnya bulan Muharram.

Warga Kerandangan setiap tahunnya selalu memilih peringatan bubur putek ini dilaksanakan pada hari Jum’at karena memang pada hari Jum’at inilah warga biasanya bisa berkumpul.

Bubur Asyura atau bubur putek dibuat untuk disantap bersama. Disini, pembuatannya dilakukan secara beramai-ramai dan bergotong royong.

Photo: Ibu-ibu ada yang mengupas bawang, membuat santan, memotong sayur maupun memotong daging dan ayam serta menggoreng telur. Jumat (27/08/2021)

Kepala Dusun Kerandangan, Muhammad Ramli mengatakan bahwa peringatan bubur putek di Dusun Kerandangan ini tak pernah absen dilakukan setiap tahun pada tanggal 10 Muharram ke atas. Bubur putek hampir sama dengan Maulid dan Peringatan Isro’ dan Mi’raj yakni sama-sama tidak pernah diliburkan.

“Pelaksanaan Bubur putek ini merupakan salah satu bentuk kekompakan kami dan semangat kebersamaan jadi harus tetap dilakukan setiap tahun. Selain itu, untuk mempererat jalinan silaturahmi antar warga,” katanya.

Ia menjelaskan tata cara pelaksanaan Bubur putek di Dusun Kerandangan ini. Dimana setiap warga diminta mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat bubur kemudian dikerjakan secara bergotong-royong, mulai dari awal pelaksanaan sampai bubur matang.

“Setelah matang, para ibu-ibu dipersilahkan untuk membawa pulang sebagian agar keluarga di rumah dapat menikmati sementara sebagian lagi disajikan untuk para jama’ah yang melaksanakan shalat Jum’at,” paparnya.

Baca Juga :  Gerabah Banyumulek Lombok Barat

Lebih lanjut dikatakannya bahwa setelah selesai shalat Jum’at, kemudian dilanjutkan dengan zikir dan doa Bersama, barulah bubur di sajikan dengan dibarengi air minum, kopi atau teh hangat.

“Cara penyajiannya unik. Jika biasanya bubur disajikan dengan tampilan biasa tapi bubur putek yang ini dilengkapi dengan telur goreng yang dipotong-potong ditambah bawang goreng dan parutan kelapa yang sudah dicampur kunyit. Tentu ini semakin menambah rasa nikmatnya bubur putek ini,” cetusnya.

Sementara itu, Kepala Desa Senggigi Mastur, SE menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada masyarakat Dusun Kerandangan yang begitu kompaknya dalam melestarikan tradisi-tradisi yang selalu dilakukan oleh orang tua zaman dulu. Bubur putek ini sekarang sudah jarang terlihat dibeberapa daerah.

“Tradisi yang seperti ini juga bisa menjadi wisata atraksi budaya kearifan lokal yang perlu di pertahankan,” tegasnya. (red)