Festival Film Sumbawa #3: Perempuan, Alam dan Ketahanan Budaya

BERBAGI News – Festival Film Sumbawa (FFS) merupakan festival film pertama di Pulau Sumbawa yang diinisiasi oleh komunitas film Sumbawa Cinema Society (SCS) yang dalam perkembangannya bermetamorfosa menjadi Yayasan Masyarakat Film Sumbawa (YMFS).

Festival film ini bertujuan untuk merayakan aktivitas perfilman di Sumbawa melalui enam kegiatan utamanya yaitu apresiasi, produksi, festival film, pengembangan kapasitas, menguatkan jaringan dan pengarsipan film. Dimulai sejak 2019, FFS tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dengan mengusung tema “Perempuan, Alam, dan Ketahanan Budaya.” Ketiga kata kunci ini masih sangat relevan untuk diangkat dan didiskusikan saat ini.

“Sejak awal, FFS secara konsisten menyuarakan hak-hak manusia dalam berkebudayaan, serta memanfaatkan kekuatan medium film untuk menggaungkan isu-isu kritis yang kerap kali diabaikan oleh khalayak,” jelas Publisis Festival Film Sumbawa Ridho Fisabilillah kepada media ini. Senin (11/10/2021).

Ridho mengatakan, meski dua tahun terakhir ini pandemi masih menerjang, namun berkat dukungan berbagai pihak FFS tahun ini diselenggarakan mulai 9 Oktober hingga 28 November 2021 mendatang.

FFS mendapatkan dukungan dari Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK), Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud RI; Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa, Dewan Kesenian Kabupaten Sumbawa (DKS), Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa, Beras 169, Sumbawa Multimedia, Kronik Sumbawa dan ada beberapa lembaga yang sedang dalam tahap MoU.

Serangkaian acara Festival Film Sumbawa tahun ini terdiri dari sosialisasi program festival, seminar nasional perfilman secara daring, lokakarya film dan kompetisi film pelajar, layar tancap atau open air cinema lalu ditutup dengan malam penganugerahan (awarding night) yang akan memutar dan mengapresiasi film-film finalis serta pemberian piala dan hadiah bagi filmmaker yang meraih juara. Semua program yang telah ditetapkan memiliki catatan dan ketentuan yang berlaku, baik secara target peserta maupun regulasi program.

Baca Juga :  “The Jeruji Band” Lahir dari Balik Jeruji Besi Lapas Mataram

Tahun ini akan ada seri webinar tematik berskala nasional untuk menjaring spectrum dan audience yang lebih luas lagi dari berbagai kalangan untuk memperkenalkan aktivitas perfilman di Sumbawa. Dengan menjaring peserta dalam ruang lingkup nasional, keberadaan FFS akan semakin diketahui oleh banyak orang selain itu webinar nasional bisa dijadikan jembatan penghubung pegiat film Sumbawa dengan sineas di berbagai daerah.

“Harapannya sirkulasi pertukaran ilmu pengetahuan berjalan dengan sehat serta kesempatan mendapatkan informasi menjadi lebih besar kemungkinannya,” Harap Ridho.

Narasumber webinar sesi pertama adalah Taufik Rahzen, budayawan nasional asal Sumbawa dan Alia Swastika, kurator Jogjakarta Biennale. Sedangkan sesi kedua webinar diisi oleh perspektif dan proses kreatif para sutradara perempuan Indonesia antara lain Ucu Agustin seorang penulis, jurnalis dan pembuat film dokumenter (sutradara Sejauhku Melangkah) sejak 2005 Ucu secara konsisten menyuarakan isu-isu sosial, terutama hak-hak perempuan dan minoritas melalui karya filmnya. Karya-karyanya telah melanglang buana di berbagai festival dunia salah satunya Berlin International Film Festival; Fanny Chotimah (sutradara You and I), merupakan pegiat komunitas film Kembang Gula di kota Solo. Karyanya memenangkan DMZ Docs di Korea Selatan; sedangkan pembicara terakhir dari sesi webinar adalah Chonie Prysilia, seorang pembuat film dokumenter animasi (animated documentary) berjudul “kOsOnG” yang karyanya banyak diapresiasi oleh komunitas animasi di berbagai negara.

Selain seminar nasional, FFS membuka kesempatan bagi para pembuat film pendek pemula untuk mengirimkan ide ceritanya (batas akhir pengiriman 10 Oktober 2021) dan ide cerita yang menarik difasilitasi dana produksi dan kesempatan untuk konsultasi dalam Workshop Film Pendek Fiksi dan Dokumenter yang diadakan pada tanggal 12 hingga 15 Oktober 2021. Workshop ini akan dimentori oleh para filmmaker professional dengan lima sesi penting: penulisan ide cerita, penyutradaraan, manajemen produksi, tata kamera dan penyuntingan gambar (editing).

Baca Juga :  Akhirnya, Baiq Gita Lombok Juara KDI 2020

Kompetisi Film Dokumenter Pelajar kembali diadakan tahun ini. Program ini akan menjadi wadah peserta untuk mengasah kemampuan menyampaikan pesan melalui proses kreatif dokumenter. Peserta kompetisi ini adalah pelajar SMA/SMK se-Kabupaten Sumbawa. Batas akhir pengiriman karya tanggal 15 November 2021.

Berikut adalah tanggal-tanggal penting FFS #3: Perempuan, Alam, dan Ketahanan Budaya: Sosialisasi FFS tanggal 9 Oktober 2021, Workshop Film tanggal 12 – 14 Oktober 2021, Webinar Film tanggal 18 – 19 Oktober 2021, Pendampingan produksi tanggal 15 Oktober – 20 November 2021, Pengumpulan film pelajar tanggal 10 Oktober – 15 November 2021, Layar Tancap Tomanto tanggal 15 – 27 November 2021 dan Malam Penganugerahan tanggal 28 November 2021 mendatang. (BYU)