Isra’ Mi’raj dan Ekonomi Umat

Religi406 Views
Oleh: Aswan Nasution

DALAM peristiwa Isra’ Mi’raj, kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan Isra’ Mi’raj, Rasul berarti pergi ke Masjidil Aqsha, sebagai simbol bahwa seorang muslim sebagai khalifah harus dapat mengusai dunia dan membina jamaah mesjid sampai ke ujung bumi yang terjauh [Al Aqsha].

Menjadi penguasa dunia demi untuk mengabdikan dirinya kepada Ilahi, sebagaimana dilaksanakan oleh Nabi Sulaiman yang membangun Masjidil Al Aqsha di Palestina.

Untuk menguasai dunia, realisasi dari Fiddunya Hasanah tersebut seorang muslim harus menguasai ekonomi, sebagaimana Rasul dalam Isra’ Mi’raj untuk mencapai Masjidil Aqsha, beliau mengendarai Buraq, kenderaan yang cepat bagaikan kilat.

Saat ini sarana transportasi yang canggih seperti itu dapat dikuasai jika kita mempunyai perekonomian yang kuat.

Sebagaimana Nabi Sulaiman dapat menjadi penguasa dunia, karena beliau mempunyai kekayaan yang melimpah ruah.

Rasul sendiri sangat memperhatikan masalah ekonomi, beliau juga adalah seorang pedagang, sehingga umatnya dapat mengikuti beliau dalam berekonomi.

Banyak orang yang tergelincir ke neraka salah dalam mencari, mengelola dan mempergunakan harta kekayaan, sebagaimana tertera dalam Al Qur’an; “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. [QS. Ali Imran: 186].

Islam mengatur sistem ekonomi yang berdasarkan hukum syari’ah bagi umatnya, tetapi sayangnya sedikit sekali perhatian kita terhadap bagaimana sistem ekonomi Islam beserta lembaga-lembaga ekonomi Islam.

Ini terbukti masih sedikitnya umat Islam yang memperhatikan masalah zakat, wakaf, baitul mal, perbankan berdasarkan hukum syari’ah dan lain sebagainya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang sudahkah umat Islam menjadi bagian dari lembaga keuangan tersebut, ataukah umat Islam masih mendua, satu sisi dia ingin menjadi muslim yang baik dalam ritual, tetapi dalam ekonomi masih memakai sistem dan lembaga di luar sistem ekonomi syari’ah [Islam]…?

Baca Juga :  Menangkap Hikmah Isra' dan Mi'raj

Marilah kita jadikan momentum Isra’ Mi’raj sebagai sarana untuk memacu ekonomi umat, menggalakkan kaum muslimin berekonomi secara syari’ah.

Sehingga ummat Islam menjadi “Imam” bagi masyarakat dunia; sebagaimana Rasulullah SAW menjadi Imam para Nabi-Nabi yang lain di malam Isra’ dan Mi’raj.

Sebagaimana kita setiap hari berdo’a mengatakan: “Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina ‘zabannar”.

Berarti bagaimana kita bersikap sehingga setiap muslim mempunyai harta hasanah, pekerjaan hasanah, rumah hasanah, ekonomi hasanah, pemimpin hasanah, rumah hasanah, penampilan hasanah, kerja hasanah dan lain sebagainya. Wallahu a’lam bishshawab.

Insya Allah… Allahumma Amin Ya Rabbal Alamiin.