Tipologi Masyarakat Dusun Orong Sendero Desa Kembang Kuning di Tinjau dari Eksistensi Budaya Besiru

Opini614 Views

BERBAGI News – Pada masyarakat Sasak ketika masa panen telah tiba terdapat budaya yang di kenal dengan Besiru. Besiru termasuk dalam budaya yang menjunjung tingginya rasa kekeluargaan pada masyarakat pedesaan khusunya yang bekerja sebagai petani. Besiru merupakan kegiatan gotong royong bekerja di sawah, mulai  dari mengelola tanah pertanian, menanam hingga melaksanakan panen secara bergilir tanpa upah. Daerah lain di Lombok, tradisi ini disebut juga dengan istilah betulung, betenak, atau betejak (Asri,2015).

Budaya besiru tercermin dari saling tulung (bentuk tolong menolong dalam membajak menggaru sawah ladang para petani), saling sero (saling tolong dalam menanami sawah ladang), saur alap (saling tolong dalam mengolah sawah ladang, seperti dalam hal ngekiskis/membersihkan rerumputan dengan alat potong kikis atau ngoma/ngome/mencabuti rumput dan besesiru/besiru ini juga sebagai nilai kearifan lokal yang hampir sama dengan saur alap, yaitu pekerjaan gotong royong bekerja di sawah dari menanam bibit sampai panen.

Dampak Positif Besiru Diantaranya :

  1. Meningkatkan solidaritas masyarakat

Besiru dapat meningkatkan hubungan antar masyarakat dan dapat menyebabkan terjadinya ikatan sosial lebih kuat antar individu. Karna adanya intensitas pertemuan antar warga pada saat pelaksaaan besiru, hampir setiap hari warga berkumpul disatu tempat untuk bekerja serta berinteraksi secara intensif.

  • Meningkatkan hubungan kekeluargaan

Dengan adanya sistem besiru dapat mempekuat hubungan persaudaraan karna adanya prilaku simpata yakni saling menolong antar individu yang satu dengan individu yang lain.

  • Menguatkan norma masyarakat

Besiru dapat menyebabkan pelaksanan norma norma sosial dalam masyarakat berjalan dengan baik. Norma sosial seperti sopan dalam kehidupan sehari hari antar orang tua dengan sesamanya, orang tua dengan pemuda dan anak-anak.

Budaya besiru semakin tahun semakin jarang di temukan karena masyarakat mulai mengenal teknologi yang lebih modern dan desakan ekonomi yang mengharuskan masyarakat mendapatkan uang dari apa yang ia kerjakan. termasuk saat bekerja untuk membajak sawah tetangga bahkan keluarga. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi, pembagian kerja yang ada pada masyarakat juga dapat menyebabkan berkurangnya eksistensi budaya besiru pada masyarakat Sasak. Namun tidak semua masyarakat Sasak meninggalakan tradisi besiru dalam proses pertanian pada umumnya, sehingga tradisi ini masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat sasak. Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti topologi masyarakat Sasak di bidang pertanian dengan adanya budaya besiru pada masyarakat Dusun Orong Sendero Desa Kembang Kuning Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tipologi Sosial

Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi dan dalam bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antara individu didasari atas kepentingan bersama, sedangkan masyarakat modern adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang sangat rendah denagn bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya didasari atas kepentingan individu dengan individu.

Pada dasarnya tipologi atau pengelompoaan masyarakat dapat terjadi berdasarakan dari karakteristik masyarakatnya. Pengklasifikasian masyarakat berdasarkan tipe atau karakteristik sistem bersosialnya seperti sistem solidaritas menurut Ferdinand Tonnies yakni masyarakat Gesellsaft dan masyarakat Gemeinschaft.

Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan ekslusif, suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gemenschaft dibedakan atas tiga jenis yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of palce, dan Gemeinschaft of mind. Menurut Tonnies, gemeinschaft merupakan masayarakat yang komunal. Masyarakat yang tersusun atas dasar ketunggalan darah atau kesamaan garis keturunan keluarga, yang mempunyai kesatuan lokalitas tempat tinggal, serta didasari jiwa dan pikiran yang sama terhadap kepercayaan, agama, dan ideologi.

 Tipe Masyarakat Gemeinschaf

  1. Ikatan sosial kuat dan bersifat personal
  2. Tipikal masyarakat rural dan tradisional
  3. Tindakan sosial berdasarkan keyakinan
  4. Pembagaian kerja sederhana
  5. Tradisi masih kuat

Masyarakat dalam tipe ini mendasarakan hubungan-hubungan antara masyarakat kedalam tipe Wesenwillw, yaitu kehendak yang berdasar pada kodrati sebagai pencerminan kodrat manusia itu sendiri tanpa dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain.

Gesellschaft merupakan kehidupan publik yang terdiri atas orang – orang yang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing – masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu. Gesellschaft dibedakan tas dua jenis yaitu Gesellschaft individu tetap bersatu dan Gesellschaft individu pada dasarnya terpisah. Tonnies menyebut bentuk masyarakat ini sebagai bentuk masyarakat asosiasi. Masyarakat yang tersusun atas individu-individu dalam jumlah yang besar, yang mempunyai wilayah yang luas, serta didasari jiwa dan pikiran yang berbeda-beda terhadap kepercayaa, agama, dan ideologi.

Baca Juga :  Sabung Ayam Antara Keberkahan atau Penyakit Sosial

Tipe Masyarakat Gesellschaft

  1. Ikatan sosial lemah dan bersifat impersonal
  2. Tipikal masyarakat urban dan modern
  3. Tindakan sosial berdasarkan komando
  4. Pembagian kerja kompleks
  5. Tradisi sudah lemah

Sebagai dasar hubungan dalam masyarakat ini adalah kurwille, yaitu kehendak atau kemauan yang rasional, yaitu muncul sebagai hasil dari pilih-memilih yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan individu atau kelompok tertentu.

Karakterisitik Masyarakat Dusun Orong Sendero

Masyarakat Dusun Orong Sendero merupakan salah satu dusun bagian dari  desa kembang kuning kecamatan sikur. Jumlah penduduknya adalah 430 jiwa dengan banyak laki-laki 230 jiwa dan 200 jiwa perempuan. Letak geografis dusun orong sundero yang terbilang dekat dengan kawasan wisata taman guning rinjani, memiliki hamparan sawah yang luas serta alam yang masih asri. Sesuai data 90 persen dari jumlah penduduk asli dusun disana bekerja pada sektor pertanian dan 10 persenya bekerja sebagai wiraswasta.

Sawah yang luas menjadi salah satu faktor alasan bagi masyarakat disana untuk memilih bekerja sebagai petani yakni sebagian besar memilih sebagai petani padi dan sebagian kecilnya menanam sayuran seperti cabe, tomat, dan kacang-kacangan. Menanam padi adalah pilihan utama bagai masyarakat Dusun Orong Sendero karna dianggap paling mudah dan murah untuk dikerjakan. Dikatakan mudah dan murah karna dari proses penanaman sampai dengan panen, masyarakat disana masih mengandalakan sistem gotong royong atau saling membantu antara petani satu dengan yang lainya, bahakan keluarga terdekat dan tetangga yang tidak memiliki lahan sawah tetap ikut serta membantu dengan alasan tetap menjaga solidaritas hubungan baik antara sesama. Itulah salah satu kelebihan masyarakat pedesaan dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang mana pada masyarakat pedesaan masih bersifat heterogen dan senantiasa memegang teguh prinsip kekeluargaan dan gotong royong.

Karakteristik masyarakat dusun Orong Sendero dapat dilihat dari salah satu cara yang masih tradisional yang sampai saat ini masih dipertahanakn oleh masyarakatnya yakni dalam mempermudah dan mempercepat proses bercocok tanama adalah dengan memanfatkan budaya besiru, diamana budya besiru ini dianggap sangat membantu dalam proses pekerjaan para petani pada saat bekerja dilahan sawah.

Secara umum budaya besiru dapat didefinisikan sebagai suatu sistem sosial masyarakat petani Sasak di Lombok. Tradisi besiru (saling membantu) mengelola dan bekerja disawah mulai dari massa penanaman hingga masa panen, diwariskan secara turun temurun masyarakat pedesaan di pulau Lombok. Besiru ialah sistem kerja yang diterapkan oleh masyarakat sasak dalam bidang pertanian, besiru tidak menerapkan sistem upah. Pada umumnya besiru dilakukan oleh warga yang memiliki hubungan kekeluargan atau kekerabatan serta bertempat tinggal didesa yang sama.

Budaya besiru sebagai salah satu tradisi kearifan lokal yang telah diwarisakan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat suku Sasak merupakan sebuah identitas yang mana pada prinspnya masyarakat harus tetap saling tolong menolong untuk meringanakan pekerjaan antara sesama masyarakat.

Eksistensi Budaya Besiru pada Masyarakat Dusun Orong Sendero

Eksistensi berasal dari bahasa latin exsistere yang berarti muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Eksistensi memiliki beberapa pengertian yakni, eksistensi adalah apa yang ada. Eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas dan eksitensi adalah segela sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu ini ada. Menurut Sjafirah dan Frasanti (2016), eksitensi diartikan sebagai keberadaan. Keberadaan yang dimaksud ialah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi perlu diberikan oleh orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang yang berada dilingkungan kita menjadi bukti keberadaan atau pengakuan. Nilai eksistensi sangatlah penting karna merupakan pembuktian akan hasil kerja atau peforma didalam suatu lingkungan.

Keberadaan budaya besiru pada masyarakat dusun Orong Sendero merupakan eksistensi dari budaya besiru itu sendiri sebab melihat dari masih adanya tradisi besiru atau dalam bahasa sasaknya disebut dengan saling tulung menunjukan kuatnya solidaritas antar masyarakat. Di sisi lain eksistensi budaya besiru ini telah menumbuhkan keharmonisan dalam ikatan masyarakat dusun orong sendero

Baca Juga :  Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Berkhasiat pada Pengobatan Tradisional

Tipologi Sosial Masyarakat Dusun Orong Sendero

Tipologi sosial masyarakt Dusun Orong Sendero Desa Kembang Kuning dilihat dari eksistensi budaya besiru, sesuai dengan hasil dari observasi lapangan dan wawancara kepada informan yang telah dilaksanakan pada bulan November sampai bulan Desember 2021. Penelitian ini melibatkan tiga informan warga asli Dusun Orong Sendero Desa Kembang Kuning yang berprofesi sebagai petani. Sesuai dengan tujuan penelitian, semua informan yang terlibat adalah petani yang memiliki sawah. Di awal peneliti telah menyebutkan bahwa sebelumnya telah melakukan surve lokasi di kawasan daerah dusun Orong Sendero. Alasan peneliti melakukan penelitian di dusun tersebut karna peneliti meilihat bahwa di dusun tersebut memiliki lahan persawahan yang luas dan mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai petani dan buruh tani.  Setelah surve lokasi peneliti langsung melakukan wawancara kepada tiga orang asli dusun orong sendero. Ketiga informan ini dipilih secara acak berdasarkan usianya, yakni Bang Oi (31 tahun), Zainduin (27 tahun), dan Muliadi (19 tahun). Berikut penjelasan mengenai jawaban jalannya penelitian yang peneliti lakukan.

  1. Saprudin/Bang Oi (31 tahun)

Peneliti mendapatkan informasi tentang bang Oi sebagai salah satu warga dusun Orong Sendero yang aktif pada kegiatan desa. Setelah mendapatkan kontak Saprudin atau yang akrab dipanggil dengan bang Oi, peneliti kemudian mengirim pesan singkat yang berisi maksud dan tujuan. Setelah disepakati bang Oi bersedia menjadi informan, peneliti langsung melakukan kesepakatan untuk bertemu di rumah Saprudin.

Tanggal 21 Nopember 2021 peneliti langsung ke rumah kediaman Saprudin sebagai informan pertama dan melakukan wawancara  langsung berdurasi sekitar 30 menit. Saprudin mengaku sebagai petani dan mengenal betul tentang budaya besiru, beliau mengaku senang karna sangat terbantu dengan adanya budaya besiru, selain merasa terbantu karna faktor ekonomi Saprudin juga mengakui dengan adanya budaya besiru di masyarakat dusun Orong Sendero dapat mempererat tali silaturohmi antara masyarakat satu dengan yang lainya.

“…Dan pada saat musim panen padi tiba kami langsung menyebar informasinya di grup whatsapp yang kami buat”.

Sambung Saprudin pada saat wawancara di rumah kediaman beliau.

Masyarakat Dusun Orong Sendero memang sudah terlacak sebagai dusun yang tersentuh teknologi dimana hampir setiap dari kalangan masyarakatnya telah aktif menggunakan smartphone dan rata-rata sudah memiliki akun media sosial seperti whatsapp, facebook, dan media sosial lainnya. Hal ini kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan perluasan informasi kepada tetangga dan warga dusun Orong Sendero. Media dimanfaatkan untuk menjangkau informasi jika ada kegiatan panen, dikarenakan rumah tetangga satu dan yang lainya kadang berjuahan karna dibatasi oleh hamparan sawah maka untuk saling berkomunikasi bisa menggunaan aplikasi whatsaap.

Dokumnetasi juga termasuk dalam teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan. Diantara dokumentasi yang penulis kumpulkan adalah gambar dan catatan ketika peneliti melakukan wawancara.

  • Zaindudin (27 tahun)

Selain informan satu, peneliti mendapati bapak Zainduin yang kebetulan saat peneliti berada di daerah dusun Orong Sendero, setelah itu peneliti dengan di bantu informan satu Saprudin, bapak Zainudin sepakat untuk peneliti wawancari mengenai persoaalan budaya besiru.

Zainduin mengaku bekerja aktif disawah dan menjadikan bertani sebagai mata pencahariannya sebagai kepala rumah tangga. Awalnya saat peneliti menanyakan persoaalan tentang budya besiru, beliau menjawab tidak tahu tetapi setelah peneliti terangan dengan singkat barulah Zainduin mengatakan

“Oh tahu kalu itu, saling tolong menolong gitu”.

Wawancara peneliti dengan bapak Zaindudin tidak terlalu panjang hanya berdurasi sekitaran dua puluh menit dikarenakan pada saat itu cuaca sedang gerimis dan dengan lokasi di pinggir jalan deket sawah tempat beliau sering bekerja.

Secara pribadi Zainudin mengakui bahwa dia merasa sangat senang dengan budaya besiru atau yang ia sebut dengan saling tulung. Beliau berasalan karna keterbatasan ekonomi masyarakat disana yang masih tergolong rendah sehingga warga tidak mampu menyewa buruh lain. Selain itu ia menjelaskan bahwa dengan adanya budaya besiru berefek pada ikatan sosial yang semakin erat dengan menjalin intraksi yang rutin.

Selain ikatan sosial yang kuat Zainudin juga mengungkap bahwa budaya besiru harus ditetap dilestarikan di Dusun Orong Sendero, alasanya untuk tetap saling membantu. Kemudian pada pertanyaan terakhir, peneliti menanyakan bagaiamana caranya untuk tetap mempertahankan budaya besiru di Dusun tersebut?.

Baca Juga :  Di Laut Masa Depan Nusantara

“Dengan tetap saling komunikasi dan menjalin kebersamaan”. Jawab Zainudin Secara keseluruhan jawaban dari Zainduin telah dokumentasikan dengan gambar dan tulisan. Sehingga dapat di rekap bahawa dari jawaban beliau tergamar jelas pentinganya budaya besiru pada masyarakat terlebih pada masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah, alasan lain  yang membuat eksistensi budaya besiru masih tetap dijaga karna budaya ini adalah penguat  silaturhomi antara keluarga, tetangga, dan warga.

  • Muliadi (19 Tahun)

Muliadi adalah informan terkahir yang peneliti wawancari sekaligus narasumber paling muda diantara informan satu dan dua. Ia mengaku sebagai petani dan juga peternak sapi. Muliadi meskipun baru berusia 19 tahun tapi dia sudah menikah dan mempunyai satu anak. oleh sebab itu dia memilih menjadi petani dan peternak sapi sebagai jalan untuk menfakhi anak istrinya.

Dalam sesi wawancara Muliadi sedikit bingung karna masih asing dengan kata budaya besiru, kemudian peneliti memberi penjelasan ringkas tentang budaya besiru dan akhirnya ia mulai mengangguk paham.

Sebenarnya secara bahasa budaya besiru masih tertengar asing ditelinga masyarakat Dusun Orong Sendero karna faktor ketidak tahuan. Akan tetapi secara implementasi masyarakat disana paham betul karan hampir setiap hari mereka saling membantu di sawah.

Muliadi merasa senang dan sangat merasa terbantu dengan adanya budaya besiru. Ia menerangkan faktor bertahanya budaya besiru di dusunnya adalah karna masih saling pandang atau masih saling menghormati antar sesama masyarakat. Muliadi juga mempertegas jawabnya pada saat ditanya soal bagaimana cara untuk mempertahanakan budaya besiru di dusun Orong Sendero ?

“Perlu, dari semua kita untuk saling bantu, kalau ndak seperti itu ndak bisa berjalan baik”. Jawabnya.

Begitu pentingnya budaya besiru untuk tetap menjaga ikatan sosial masyarakat Dusun Orong Sendero agar tetap kuat dan tetap saling bahu membahu karna pada dasarnya budaya besiru di warisakan oleh nenek moyang untuk menjaga kesetabilan dan kerukunan dalam hidup bermasyarkat.

Hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan data yang sudah diperoleh dari ketiga informan yakni Saprudin, Zainduin, dan Muliadi bila dikaitkan dengan teori Tonnies mengenai tipologi sosial masyarakat desa, maka ditemukanlah hasilnya bahwa tipologi masyarakat Dusun Orong Sendero ditinjau dari eksistensi budaya besiru masuk kedalam tipologi sosial masyarakat Gemeinschaft. Hal ini dikarnakan masyarakat Dusun Orong Sendero  tergolong rural yang rata-rata masih bekerja sebagai petani. Tipikal masyarakatnya pun masih tradisonal dengan sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang masih sangat kuat yang masih memegang tradisi yang mengedepankan prinsip berdasarkan nilai bersama. Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan interaksi sosial bersifat emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial dibentuk oleh teradisi. Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan hubungan sosial didominasi oleh kerjasama yang kuat.

KESIMPULAN

Karakterisitik masyarakat Dusun Orong Sendero terlihat lebih dominan sebagai masyarakat rural dan tradisional karna melihat dari data 90% masyarakatnya bekerja disawah sebagai petani dan 10% sisanya bekerja sebagai wiraswasta. Eksistensi budaya besiru di Dusun Orong Sendero masih tergolong eksis karna dilihat dari hasil wawancara budaya besiru masih di lakukan dan masih terus dilestarikan sampai saat ini.

Tipologi masyarakat dusun Orong Sendero Desa Kemabang Kuning berdasarakan hasil wawancara dan kaitannya dengan teori Tonnies  maka termasuk pada tipologi sosial Gemeinschft atau Paguyuban. Hal ini dilihat dari tipe masyarakatnya yang masih rural dan tradisional serta sistem kekeluargaan yang masih kuat dengan memegang prinsip nilai bersama dan pembagaian kerja yang sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2015. Tipologi Sosial. Diakses pada 17 Desember 2021, dari https://makalahinaja.blogspot.com/2015/07/tipologi-sosial.html

Desewisatakembangkuning. 2021. Daftar RW/DUSUN – Desa Wisata Kembang Kuning. Diakses pada 15 Desember 2021, dari http://desawisatakembangkuning.com/rukun-warga/

SosioAB. 2015. Teori Sosiologi Ferdinand Tonnies. Diakses pada 17 Desember 2021, dari   http://sosioab.blogspot.com/2015/12/teori-sosiologi-ferdinand- tonnies.html?m=1

Wachidah N. 2012.  Analisis Tipologi dan Strategi Pengembangan Desa-Desa Pesisir Kabupaten Kendal. (Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2012). Diakses dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/28792/NjA3NzQ=/Analisis-tipologi-dan-strategi-pengembangan-desa-desa-pesisir-kabupaten-kendal-tahun-2012-abstrak.pdf