Dampak Limbah Peternakan Ayam Broiler dengan Sosial Lingkungan

Opini738 Views

Oleh : Dalili Siti Mulyani, Mahasiswi Sosiologi Universitas Mataram

BERBAGI News – Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek yang menjanjikan karena banyaknya permintaan dari konsumen. Masyarakat akan selalu membutuhkan para pengusaha peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. Keuntungan yang cukup tinggi membuat masyarakat menjadikan usaha peternakan sebagai sumber pendapatan. Karena setiap kegiatan usaha memang bertujuan untuk memperoleh pendapatan semaksimal mungkin dalam menjaga kelangsungan hidup.

Dengan adanya usaha peternakan maka masyarakat dengan mudah menemukan berbagai macam pangan hewani seperti susu, daging dan telur sehingga gizi masyarakat juga terpenuhi. Salah satu usaha peternakan yang sering ditemukan yaitu peternakan ayam broiler. Berdasarkan catatan Petugas Data Peternakan Dispertan Pati, pada 2020 jumlah populasi ayam broiler mencapai 20.300.835 ekor. Sedangkan pada tahun 2021, ditargetkan jumlah populasi ayam broiler sebanyak 18.448.588 ekor.

Peternakan ayam broiler juga sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan masyarakat. Menurut Safril (2012) bahwa banyaknya usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dapat mengganggu warga karena biasanya lokasi ternak yang dekat dengan tempat tinggal warga. Menurut Setyono (2011:77-78), standar kelayakan dalam mendirikan sebuah kandang peternakan adalah dengan tidak mengganggu lingkungan sekitar, sebaiknya kandang tidak dibangun di daerah yang rawan dan lokasi kandang yang mudah dijangkau kendaraan roda empat.

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat peternakan ayam ini seperti bau, dapat menyebarkan virus flu burung dan menimbulkan banyak lalat. Hal ini terjadi karena masih banyaknya peternak ayam broiler yang mengabaikan limbah dari usahanya. Dampak buruk dari usaha peternakan ayam broiler ini sangat merugikan masyarakat apabila tidak dikelola dengan baik. Lalat yang akhirnya banyak bersarang di rumah warga seolah-olah menjadikan rumah tersebut terkesan jorok. Bau yang ditimbulkan akibat sisa pakan ternak, kotoran ayam, dan air yang digunakan untuk membersihkan kandang ternak. Kondisi ini dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar peternakan ayam broiler. Masyarakat dapat merasakan pusing, mual, muntah, kurang nafsu makan dan gangguan tidur.

Baca Juga :  Upaya Menekan Angka Perkawinan Anak di Lombok

Secara sosiologis dampak-dampak negatif dari peternakan ayam broiler ini dapat menjadi sebuah konflik sosial karena masyarakat yang terganggu dan juga lingkungan yang tidak bersih lagi. Dalam hal ini berarti kesejahteraan masyarakat tidak merata sehingga menimbulkan konflik. Konflik sosial dapat berupa percekcokan, ketegangan dan perbedaan pendapat antar masyarakat. Menurut Irwandi (2017) salah satu penyebab terjadinya konflik adalah adanya persaingan secara berlebihan dan ketidaksesuaian tujuan diantara kelompok masyarakat. Salah satu pihak melakukan tindakan yang membawa akibat adanya penghalangan atau gangguan kepada pihak lain.

Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi dua yaitu konflik realistis dan konflik nonrealistis. Konflik realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi di dalam hubungan yang ditujukan untuk objek yang dianggap mengecewakan. Sedangkan konflik nonrealistis yaitu konflik yang berasal dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan dari salah satu pihak. Pada teori ini, konflik tidak hanya dipandang negatif namun juga dapat menimbulkan hal-hal yang positif. Oleh karena itu konflik dapat menguntungkan bagi sistem yang bersangkutan. Coser juga menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan mengenai status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang dari persediaannya tidak mencukupi.

Seperti konflik yang terjadi antara peternak ayam broiler dengan masyarakat, hal ini termasuk ke dalam konflik realistis dimana masyarakat memiliki tuntutan-tuntutan terhadap peternak ayam broiler yang dianggap mengecewakan. Masyarakat menginginkan jika limbah dari ayam broiler tidak mengganggu lingkungan. Karena para peternak yang dianggap tidak mengikuti standar kelayakan dalam mendirikan kandang ternak ayam broiler. Tetapi konflik ini juga memiliki sisi positif dimana masyarakat menjadi lebih sering membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka agar lingkungan tetap bersih dan terbebas dari penyakit dan diharapkan peternak ayam broiler juga mengikuti standar kelayakan kandang agar lingkungan tidak tercemari. Baik masyarakat dan peternak akan sama-sama mendapatkan keuntungan jika mereka melakukan tindakan sesuai norma sosial yang ada.

Baca Juga :  Mutu Pendidikan Anak Menurun, Perlukah Sekolah Tatap Muka Dibuka Kembali?

Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang menjanjikan karena dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. Tetapi banyak dijumpai peternak ayam broiler yang tidak mengikuti standar kelayakan dalam membuat kandang ayam sehingga sangat mengganggu masyarakat sekitar. Lingkungan disekitar masyarakat menjadi tidak bersih dan dapat menyebabkan penyakit untuk masyarakat. Seharusnya peternak lebih memperhatikan lagi akibat-akibat yang ditimbulkan dari limbah ayam broiler sehingga lingkungan tidak tercemari. Karena kesehatan sangat penting dan salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan yang bersih. (*)