Menuju Takwa, Berinfak dalam Segala Cuaca

Religi374 Views

BERBAGI News – DARI ayat-ayat pertama surat Al-Baqarah itu sangat gamblang bahwa tidak mungkin orang bertakwa memiliki sikap kikir, kedekut, atau bakhil.

Orang bertakwa tidak bisa tidak, harus menjadi orang yang dermawan yang tanpa ragu selalu bersedia mengorbankan harta bendanya untuk kepentingan kemanusiaan.

Bila ada orang merasa sudah bertakwa tetapi kedua tangannya masih rapat menggenggam enggan berderma, enggan membayar zakat, infak dan sedekah, serta sulit untuk berbagi kepada sesama saudaranya.

Maka orang tersebut perlu menanyakan pada dirinya sendiri apakah benar sudah pantas disebut muttaqie atau orang yang bertakwa.

Kikir atau bakhil merupakan sifat yang sangat dijauhi oleh setiap orang yang mendambakan derajat takwa.

Orang yang kikir menyangka bahwa jika keselamatan terletak pada harta yang bertimbun atau uang yang bertumpuk.

Tanpa kesediaan untuk berkorban uang atau harta untuk orang lain, sikikir atau si bakhil tadi sesungguhnya secara tidak langsung telah menyembah [diperbudak] uang atau harta.

Ia sangat cinta berlebihan terhadap uang atau harta. Ia lupa bahwa saat dia mati dan dikubur hanya selembar kain kapan saja yang akan menyertainya di dalam tanah di pekuburan itu.

NABI Muhammad Saw sebagai pucuk keteladanan takwa memperlihatkan kepada kita semua betapa sepanjang hayatnya beliau menampakkan watak kedermawanan yang agung.

Sehingga sebagai pemimpin yang sempurna Nabi tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarganya.

Semua harta yang beliau miliki praktis telah diwakafkan untuk mendukung perjuangan kenabiannya.

Atau juga lihat para sahabat dekat Nabi seperti Abu Bakar dan Usman bin Affan. Mereka juga merupakan para pemimpin yang bertakwa, telah mendermakan lebih dari separuh kekayaannya untuk menegakkan perjuangan agung.

Pendek kata, kedermawanan merupakan bagian mutlak dari takwa seperti diajarkan oleh Al-Qur’an.

Baca Juga :  Berbagi Terhadap Anak Yatim Balasanya Adalah Syurga

Nah, kita semua adalah orang awam yang tidak mungkin dibandingkan dengan sahabat-sahabat Nabi. Apalagi dibandingkan dengan Nabi Saw.

Akan tetapi yang perlu kita resapkan adalah bahwa kita harus melatih diri, bahkan memaksa diri, untuk menaklukkan kecenderungan berlaku kikir atau bakhil yang mudah melekat dalam diri kita.

Bahkan Al Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya manusia itu terlalu amat sangat cinta pada harta benda.” [QS. Al-A’diyat: 8].

Kita semua yang menjalankan ibadah puasa tentu telah memahami bahwa salah satu fungsi puasa adalah untuk meredakan hawa nafsu kita.

Nafsu serakah terhadap uang dan harta benda juga harus kita redam dengan ibadah puasa itu.

Secara demikian puasa merupakan koreksi positif atas kedermawanan dan ketakwaan kita.

Artinya, semakin dermawan seseorang otomatis akan semakin tebal rasa takwanya pada Allah SWT.

Sebaliknya, semakin bakhil seseorang dalam kehidupannya semakin jauh orang tersebut dari takwa.

Mudah-mudahan kita dijauhkan Allah dari sifat kikir atau bakhil, tetapi kita termasuk orang-orang yang senang berbagi kepada sesama.

Wallahu a’lam bis shawab.