Bersihkan Niat, Untuk Mendapatkan Haji Mabrur

Religi512 Views

Penulis: Ust. H. ASWAN NASUTION

“Al Hajju Al Mabruur laisa lahu Jazaaun ilall Jannah”. Tiada imbalan yang setimpal bagi haji yang mabrur melainkan Surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).

SEMUANYA para jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci – Baitullah – Makkah, sudah barang tentu dengan satu tekad dan harapan mendapatkan haji mabrur, dengan kata lain satu niat hanya menjalankan perintah Allah Swt.

Sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui Rasul-Nya. “Al Hajju Al Mabruur laisa lahu illal Jannah”. Tiada imbalan yang setimpal bagi haji yang mabrur melainkan Surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk mendapatkan Haji yang Mabrur dan menerima pahala yang berlipat ganda tersebut maka faktor pertama adalah niat. “Innamal A’malu binniaat” segala sesuatu akan dinilai berdasarkan niat, demikian bunyi sebuah hadits.

Niatkan bahwa berangkat ke tanah suci hanya untuk memenuhi panggilan Ilahi, “Labbaikallahumma Labbaiik … Aku datang Kepada-Mu, hanya untuk beribadah kepada-Mu, bukan untuk dipanggil pak haji, bukan untuk menaikkan status sosial, bukan untuk gengsi, bukan untuk berbisnis, bukan untuk ini dan itu … Tapi hanya untuk mengabdi kepada-Mu.

Oleh karena itu sewaktu bibir mengucapkan kata-kata “Labbaikallahumma Labbaiik” maka di hati kita berikrar Ya Allah, aku datang ke tanah suci semata- mata hanya untuk memenuhi dan menyambut panggilan-Mu, beribadah kepada-Mu.

Sewaktu bibir melanjutkan talbiyah: “Labbaika Laa Syarika laka labbaiik”, maka hati kita hendaknya juga bergetar “Ya Allah Sucikanlah niatku … Ya Allah, jangan sampai aku salah niat dalam ibadah ke tanah suci ini.

Aku berangkat bukan untuk ini dan itu, bukan untuk mencari kedudukan, gengsi, status sosial, bukan untuk mencari kekayaan dan kesenangan dunia, karena itu semua dapat menjadikan syirik dalam beribadah kepada-Mu.

Baca Juga :  Menyelamatkan Masa Depan Generasi

Syirik dalam beribadah adalah lawan dari pada ikhlas dalam beribadah. Ikhlas dalam beribadah haji berarti melakukan haji semata- mata karena perintah Allah, untuk beribadah kepada Allah, dan bertujuan hanya mengharapkan ridha Allah.

Syirik dalam beribadah haji dapat disebabkan karena niat yang tidak tulus, yang tidak ikhlas (Syirik Niat), dan juga dapat disebabkan oleh perbuatan yang dapat menjadikan kita musyrik, seperti dalam melakukan thawaf atau mencium hajarul aswad, itu dilakukan bukan sebagai penyembahan dan pemujian kepada batu tetapi, semata-mata karena perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah Saw.

Oleh karena itu, ibadah haji hendaknya dilakukan dengan satu sikap, sikap “Istislam” penyerahan diri kepada Allah. Sikap penyerahan diri tersebut diaplikasikan paling tidak dengan tiga cara:

● Pertama, melaksanakan segala sesuatu dalam ibadah haji sesuai dengan hukum-hukum dan peraturan yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasulullah, sebagaimana sabda beliau : “Khudzuu Anni Manaasikakum”. Ambillah dariku bagaimana manasik, bagaimana cara kamu melaksanakan ibadah.

● Kedua, setelah kita berusaha mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik mungkin, maka laksanakan ibadah tersebut dari awal sampai akhir dengan sebaik mungkin (ihsan), hindarkan segala yang dapat mengganggu nilai ibadah.

Rasulullah Saw bersabda: “Man hajja lillahi falam yarfus walam yafsuq raja’a kayaumi waladthu ummuh”. Berarti barang siapa yang melaksanakan haji karena Allah, dan dapat menjaga ibadah tersebut sejak berangkat sakpai pulang dari perkataan yang kotor (rafas) dan perbuatan keji (fusuq), maka orang tersebut kembali dari tanah suci bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya, suci dari noda dan dosa”.

● Ketiga, Setelah berupaya dan mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaiknya, maka serahkan diri, bertawakkal kepada Allah atas sgala sesuatu yang akan terjadi dengan memperbanyak doa dan istighfar kepada-Nya.

Baca Juga :  Jangan Memalingkan Muka, Karena Sombong

Jika kita mendapat kemudahan dan kenikmatan segera bertahmid dan bersyukur kepada-Nya dan jika mendapat kesulitan, musibah dan perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, tahan emosi, kendalikan diri, sadarlah bahwa semuanya adalah cobaan dan ujian iman, maka segera evaluasi diri, beristighfar, memohon ampun dan taubat kepada-Nya dan segera bermunajat, berdoa semoga Allah akan memberikan kemudahan dan jalan yang terbaik yang diridhai-Nya.

Dalam kitab Hadits Subulussalam disebutkan bahwa Haji yang mabrur balasannya tiada lain
kecuali surga. Haji yang mabrur adalah ibadah haji yang tidak dicampuri dengan perbuatan dosa. Maka barangsiapa yang wafat dalam perjalanan haji maka dia seperti orang yang wafat di jalan Allah.

Dan barangsiapa yang datang berhaji semata- mata karena Allah, maka dia akan diampuni segala dosanya yang telah diperbuatnya dan dapat memberi syafaat kepada orang-orang yang didoakannya.

Aamin ya rabbal a’lamiin. Wallahu a’lam bish shawab.