Momen Ibadah Haji Bagi Perbaikan Akhlak Bangsa

Religi607 Views

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafast, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa megerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik- baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al Baqarah : 197).

BERBAGI News – MOMEN Ibadah haji yang setiap musim haji yang dijalani oleh para jamaah haji Indonesia adalah merupakan momen emas. Artinya Ini adalah perhelatan besar yang sebenarnya bisa digali sebesar-besarnya manfaat dari pelaksanaan ibadah haji itu sendiri.

Jika kita mau berpikir kritis dan me-manege haji ini dengan cara yang tepat, yang profesional, insya Allah dampaknya akan sangat besar bagi perbaikan akhlak bangsa kita. Sepatutnya hal ini menjadi perenungan serius.

Kenapa tidak, karena setiap tahun pemerintah memberangkatkan sekitar ratusan ribu jamaah haji dari seluruh Indonesia. Dengan pertolongan Allah, jika jamaah haji berubah akhlaknya menjadi lebih baik, maka betapa beruntungnya bangsa kita yang selama ini dikenal paling banyak memberangkatkan jamaah haji.

Katakanlah, jika sekitar ratusan ribu orang itu kembali ketanah air, lalu menularkan barakah ibadah haji yang mereka peroleh ke sekelilingnya, insya Allah kita tidak terlalu lama untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam skala luas.

Oleh karena itulah, semoga para pejabat petinggi negeri kita mendengarkan, bahwa tidak ada pernah kejadian kolosal yang sangat dahsyat pernah terjadi di negara kita selain ibadah haji.

Ratusan ribu jamaah, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pejabat sampai rakyat jelata, tersebar dari seluruh penjuru negeri, dari kota sampai pelosok desa, dengan menggunakan waktu yang cukup lama untuk bersimpuh-sujud kepada Allah, menggunakan uang hasil jerih payah sendiri, tanpa meminta kepada siapapun, dengan didasari niatan baik untuk memperbaiki diri.

Maka, tidak ada pernah kejadian sedahsyat ibadah haji ini. Seharusnya kita mau berpikir keras untuk mendayagunakan momen ibadah haji ini agar bisa merubah akhlak bangsa kita. Ini adalah kesempatan yang terjadi hanya satu tahun sekali.

Saat haji, ratusan ribu manusia berhenti sejenak dari kesibukan harian yang mereka geluti. Kemudian mereka berkonsentrasi penuh untuk beribadah sambil memperbaiki diri, dengan ratusan ribu jamaah haji yang setiap tahun berziarah ke tanah suci bisa menjadi cahaya bagi bangsanya.

Merubah bangsa dengan sarana haji bukanlàh hal yang mustahil. Secara logika kita mudah memahaminya. Namun persoalannya adalah bagaimana caranya agar para jamaah haji yang ratusàn ribu benar-benar berubah menjadi lebih baik sepulang mereka dari tanah suci.

Ratusan ribu atau bahkan sejuta jamaah hàji setiàp musim haji diberangkatkan, jika tidak ada perubahan baik sesudah itu, apalah artinya? Mungkin saja kita merasa telah behaji, padahal sebenarnya nilai haji kita itu sendiri tak lebih dari sekedar wisata belaka. Nau’dzubillahi min dzalik.

Setidaknya ada tiga hal yang bisa menjadi bukti ke-mabru-ran ibadah haji kità yaitu. Pertama, peningkatan kualitas ketakwaan. Kedua, kerelaan hati untuk berkorban. Dan ketiga, lurusnya tujuan hidup. Jika tiga hal ini bisa dibawa pulang oleh tiap-tiap jamaah haji, insya Allah kualitas hajinya mabrur.

Sebaliknya, jika dalam tiga hal itu tidak ada perbaikan sedikit pun, itulah haji yang telah kehilangan makna. Dan haji seperti ini yang tidak berdampak bagi bàngsa kita.

Haji yang mabrur akan neningkatkàn derajat kemuliaan seseorang. Hal itu bisa dilihat dari kedekatan dirinya dengan Allah dan dari akhlaknya yang luhur pada sesama.

Haji mabrur itu bisa diukur dari kegigihan seseorang dalam berjuang dan berkorban untuk menjadi manfaat bagi sebanyak-banyak manusia di sekelilingnya.

Mudah-mudahan perjalanan ibadah haji ini membuat kita semakin membulatkan tekad bahwa hidup ini hanya untuk Allah. Semoga doa seluruh jamaah haji di tanah suci menjadi jalan kebaik.

Sepulang dari tanah suci yang diberkahi ini, nantinya jangan sampai kita termasuk orang-orang yang dihinakan okeh Allah sebagai “penunggu dunia”. Tapi jadikanlah diri kita sebagai jalan manfaat bagi orang lain.

Sebagaimana ahli hikmah mengatakan, “laksana cahaya matahari yang menerangi bermeliar umat manusia di bumi, mengeringkan tubuh-tubuh yang basah, menghangatkan setiap yang kedinginan, memunculkan dengannya biji, buah dan makanan.

Itulah visi hidup rahmatan lil a’lamiin. Maka hidup semacam ini adalah merupakan menjadi cahaya kasih sayang bagi segenap penjuru alam.

Semoga doa-doa seluruh jamaah haji Indonesia pasca pendemi covid-19 ini di tanah suci Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawarah menjadi jalan kebaikan bagi bangsa dan negara kita. Amin ya rabbal a’lamiin.

Wallahu a’lam bish shawab, Semoga bermanfaat dan Selamat membaca.

Baca Juga :  Banyaknya Tantangan dan Fitnah Akhir Zaman