Perilaku Kesehatan Masyarakat pada saat Pandemi Covid-19

Opini555 Views

BERBAGI News – Di penghujung tahun 2019, goncangan wabah virus corona atau Penyakit (Covid-19). Corona virus dapat menginfeksi siapapun. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia dan menginfeksi paru-paru hingga meninggal. Dalam  penyebaran virus tidak peduli usia, anak-anak, dewasa hingga orang tua, baik pria maupun wanita, semua bisa terkena dampak Covid-19.

Covid-19 dikatakan pandemi karena terjadi tidak hanya di satu wilayah geografis, tetapi di seluruh dunia pada waktu yang sama. Pandemi telah menginfeksi lebih dari 215 negara di dunia termasuk Indonesia. Indonesia berada diperingkat 20 kasus positif Covid-19 terbanyak.

Pemerintah Indonesia berupaya atasi Covid-19 pada 2 Maret 2020, melalui pengenalan kebijakan pencegahan untuk mengekang penyebaran Covid-19. Beberapa kebijakannya termasuk melarang penerbangan ke China, berhenti mengeluarkan visa untuk warga negara China bepergian ke Indonesia, membatasi perjalanan di negara-negara seperti Korea Selatan, Italia dan Iran, serta menutup sekolah, kampus, termasuk beberapa kantor pemerintah dan perusahaan swasta, untuk pusat liburan ditutup.

Kesehatan sangat penting bagi masyarakat akhir-akhir ini karena ketika masa pandemi ini telah membawa perubahan, terutama dalam hal perilaku dalam kehidupan masyarakat. Jadi  kita bisa lihat caranya peran masyarakat dalam kesehatan, sakit, dan penderitaan ditambah dengan kasus Covid-19 yang meningkat pesat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dinilai sangat efektif untuk melindungi diri dari paparan virus Covid-19. Hal ini juga berlaku di daerah pedesaan, seperti yang dilakukan banyak masyarakat perkotaan.

Perilaku kesehatan yang dimaksud adalah perilaku aktif masyarakat yang dirancang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko penyakit, melindungi diri dari penyakit, dan berperan aktif dalam kampanye kesehatan masyarakat. Melihat Covid-19 menyebar lebih cepat, banyak hal telah berubah. Dengan mendirikan pos pemeriksaan, orang menjadi lebih waspada tentang keadaan wilayah mereka. Pada saat yang sama, perilaku setiap orang berubah. Masing-masing dari mereka mulai lebih memperhatikan kesehatan tubuh, seperti mengonsumsi makanan sehat. Selain lebih higienis, cuci tangan lebih sering dan selalu bawa hand sanitizer.

Baca Juga :  Konflik Sosial yang Terjadi di Kehidupan Masyarakat Modern dan Multikultural yang Ditinjau dari Masyarakat Pancasila

Meskipun pandemi Covid-19 telah berdampak negatif pada setiap aspek kehidupan, bukan berarti semua yang terjadi selama pandemi ini berbahaya. Beberapa dari mereka sebenarnya bisa sangat menguntungkan.

Keunggulan tersebut antara lain sebagai berikut: Di bidang kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi sangat positif. Misalnya, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, yang sebelumnya dianggap sebagai panggilan telepon “biasa” dan sering diabaikan, kini menjadi kebiasaan dan kebutuhan baru. Diantaranya penerapan etika batuk dan bersin, penggunaan masker, kebiasaan membersihkan badan setelah bepergian atau pergi ke tempat umum dan sebelum masuk rumah.

Selain itu juga pandemi  ini  telah  menyatukan  jutaan keluarga   Indonesia   yang   sebelumnya terpisah karena berbagai alasan. Kejadian pandemi  yang  memaksa  semua  aktifitas dihentikan sementara pada waktu itu telah membuat  anggota  keluarga  kembali  ke keluarga masing masing. Skema work from home (WFH) juga memberikan   kesempatan   yang   lebih banyak bagi keluarga untuk meningkatkan kualitas     hubungan     kekeluargaan, menambah  harmonis  rumah  tangga,  dan memberi  kebahagiaan  tersendiri  karena berkumpulnya  anggota  keluarga  dalam jangka waktu yang relatif lama (Sastrawan, 2021).

Kondisi Kesiapan Masyarakat

Hal ini dapat dilihat dari pemahaman masyarakat tentang Covid-19 terkait penyebab, gejalanya, memakai masker, menjaga jarak dan etika batuk/bersin pada umumnya sudah tinggi, yakni sekitar 75 %. Adapun pemahaman untuk pencegahan/penularan, mencuci tangan, isolasi mandiri setelah melakukan perjalanan dari luar dan menjaga imunitas tubuh berada dalam kategori sedang, sehingga diperlukan edukasi dan sosialisasi. Sedangkan tingkat kepatuhan aktivitas masyarakat untuk melaksanakan protokol Covid masih rendah, terutama kepatuhan menggunakan masker, menjaga jarak (physical distancing), mencuci tangan, menjaga kebersihan tubuh. Sebaliknya tingkat partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan atau kepedulian terhadap penanganan Covid-19 cukup tinggi tetapi belum terorganisir dengan baik.

Baca Juga :  Internalisasi Nilai Moral Sebagai Upaya Peningkatan Kontrol Diri Remaja Sasak

Terkait dengan kondisi kesiapan masyarakat sebagai salah satu variabel Tatanan Kehidupan Baru, meskipun dari hasil evaluasi pelaksanaan PSBB selama tiga tahap menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat relatif rendah. Namun ada fenomena lain yang ditunjukan oleh sikap masyarakat khususnya yang tinggal komplek perumahan dan nagari-nagari. Pada saat diumumkan oleh pemerintah bahwa adanya warga masyarakat terpapar Covid-19 dan menerapkan PSBB disikapi dengan reaktif dalam makna “positif”, hal ini ditunjukkan dengan rasa empati secara spontan membentuk relawan Covid-19 dan memberikan membantu untuk meringankan beban warga masyarakat terdampak Covid-19.

Nah itulah perilaku kesehatan serta kesiapan masyarakat pada saat pandemi covid-19, baik itu dari masyarakat kota maupun masyarakat di pedesaan. Semoga bermanfaat untuk kita semua dan selalu melindungi diri agar terhindar dari virus apapun dan selalu menjalani protokol kesehatan. (L1C019092)