Menggelar Selamatan Haji untuk Mempererat Silaturahim

Agama351 Views

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi.” [HR. Bukhari] .

BERBAGI News – PADA Musim haji, umat Islam mengenal istilah selamatan haji yang dimaksudkan untuk melepas keberangkatan jamaah haji maupun menyambut kepulangannya.

Masyarakat muslim di Indonesia sudah terbiasa dengan banyaknya tradisi yang mewarnai, yang dipadukan dengan pelaksanaan acara agama.

Mengutip pendapat sejarah Islam dari Universiras Indonesia, Tiar Anwar Bachtiar, menjelaskan, selamatan haji di Indonesia memiliki fase yang berkembang.

Pada zaman dahulu, selamatan haji dinilai sebagai sebuah kebutuhan sosial. Ini semacam keharusan. Harus diselenggarakan sebelun seseorang berangkat ke tanah suci.

Lanjut Tiar mejelaskan, Relevansi selamatan itu disebabkan adanya kondisi dimana perjalanan haji itu tantangan yang besar sehingga mempertaruhkan hidup si calon jamaah haji.

Bayangkan saja, jamaah haji masa tahun 1950-an berangkat menggunakan kapal laut. Mereka berjibaku dengan debur ombak selama 4,5 bulan sekali perjalanan ke Tanah Suci.

Artinya, dari berangkat ke Tanah Suci hingga kembali ke Tanah Air, jamaah haji menghabiskan waktu sembilan bulan terombang-ambing di lautan. Sungguh berat.

Karena panjangnya durasi perjalanan itulah, masyarakat Indonesia mulai berpamitan ke masyarakat dengan cara menggelar selamatan dengan maksud untuk berpamitan sambil menitipkan banyak kebutuhan sosial.

Mulai dari menitipkan anggota keluarga, menitipkan harta benda, hingga menitipkan urusan-urusan yang berkaitan dengan kehidupan jamaah haji, bersangkutan di lingkungannya.

Demikian juga, begitu pulang pun mereka menggelar selamatan lagi untuk menyambut kehadiran jamaah haji yang pulang dengan selamat dan sukses menggugurkan kewajiban berhaji. Sekaligus juga mendo’akan agar haji yang ditempuhnya itu mabrur.

Para jaamah haji yang menggelar selamatan sebelum berangkat haji dimaksudkan untuk menyiarkan keberangkatannya sekaligus mempererat silaturahim kembali.

Meski demikian, jangan sampai walimatus safar justru menjadi tradisi yang jelek dan mengaburkan makna kebaikan dan haji itu sendiri.

Misalnya, dengan mengadakan selamatan walimatus safar dengan bermewah-mewahan yang mana nominalnya justru melebihi biaya perjalanan haji.

Jangan sampai tradisi ini berubah menjadi jelek kalau disengaja bermewah-mewahan atau mengarah kepada sifatnya riya dan kesombongan. pungkas Tiar Anwar. [Dikutip dari Republika, 3/6/22] .

Wallahu a’lam bish shawab
Selamat membaca dan bermanfaat.

Baca Juga :  Menata Hidup Setelah Haji Berlalu